Tafsir Surah Ad-Dzariyat ayat 56
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku, (Qs. Ad-Dzariyat: 56)[1]
a. Arti kata/ Mufrodat
Lafadh/ kalimat
|
Arti/ terjemahan
|
خلقت
|
Telah menciptakan
|
الجن
|
Jin
|
الإنس
|
Manusia
|
ليعبدون
|
Untuk menyembah
|
b. Asbabun Nuzul
Ketika
para malaikat mengetahui bahwa Allah SWT akan menciptakan khalifah di muka
bumi. Allah SWT menyampaikan perintah-Nya kepada mereka secara terperinci. Dia
memberitahukan bahwa Dia akan menciptakan manusia dari tanah. Maka ketika Dia
menyempurnakannya dan meniupkan roh di dalamnya, para malaikat harus bersujud
kepadanya. Yang harus dipahami bahwa sujud tersebut adalah sujud penghormatan,
bukan sujud ibadah, karena sujud ibadah hanya diperuntukkan kepada Allah SWT.[2]
c. Tafsir surah Ad-Dzariyat ayat 56
Maksud
ayat tersebut adalah Allah menciptakan manusia dengan tujuan untuk menyuruh
mereka beribadah kepada-Nya, bukan karena Allah butuh kepada mereka. Ayat
tersebut dengan gamblang telah menjelaskan bahwa Allah Swt dengan menghidupkan
manusia di dunia ini agar mengabdi / beribadah kepada-Nya. Bukan sekedar untuk
hidup kemudian menghabiskan jatah umur lalu mati.[3]
Shihab
(2003:356),
Ibadah terdiri dari ibadah murni (mahdhah)
dan ibadah tidak murni (ghairu mahdhah). Ibadah mahdhah adalah ibadah yang
telah ditentukan oleh Allah, bentuk, kadar, atau waktunya, seperti shalat,
zakat, puasa dan haji. Ibadah ghairu mahdhah adalah segala aktivitas lahir dan
batin manusia yang dimaksudkannya untuk mendekatkan diri kepada Allah.[4]
Berdasarkan
ayat tersebut, dengan mudah manusia bisa mendapat pencerahan bahwa eksistensi
manusia di dunia adalah untuk melaksanakan ibadah / menyembah kepada Allah Swt
dan tentu saja semua yang berlaku bagi manusia selama ini bukan sesuatu yang
tidak ada artinya. Sekecil apapun perbuatan itu. Kehadiran manusia ke bumi
melalui proses kelahiran, sedangkan kematian sebagai pertanda habisnya
kesempatan hidup di dunia dan selanjutnya kembali menghadap Allah untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya semasa hidup di dunia.
Syaikul
Islam, Ibnu Taimiyah (dalam Nur Hasanah, 2002), memandang bahwa makna ibadah
lebih dalam dan luas. Makna ibadah sampai pada unsur yang rumit sekalipun.
Unsur yang sangat penting di dalam mewujudkan ibadah ialah sebagaimana yang
telah diperintahkan oleh Allah SWT yaitu unsur cinta. Tanpa unsur cinta
tersebut, mustahil tujuan pokok diciptakan manusia, para rasul diutus,
diturunkan kitab-kitab, ialah hanya untuk berbadah kepada Allah SWT dapat
tercapai. [5]
Ayat
ini pula dengan sangat jelas mengabarkan kepada kita bahwa tujuan penciptaan
jin dan manusia tidak lain hanyalah untuk “mengabdi” kepada Allah SWT. Dalam
gerak langkah dan hidup manusia haruslah senantiasa diniatkan untuk mengabdi
kepada Allah. Tujuan pendidikan yang utama dalam Islam menurut Al-Qur’an adalah
agar terbentuk insan-insan yang sadar akan tugas utamanya di dunia ini sesuai
dengan asal mula penciptaannya, yaitu sebagai abid. Sehingga dalam melaksanakan
proses pendidikan, baik dari sisi pendidik atau anak didik, harus
didasarisebagai pengabdian kepada Allah SWT semata.
Mengabdi dalam terminologi Islam sering diartikan dengan beribadah. Ibadah bukan sekedar ketaatan dan ketundukan, tetapi ia adalah satu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat adanya rasa keagungan dalam jiwa seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia mengabdi. Ibadah juga merupakan dampak keyakinan bahwa pengabdian itu tertuju kepada yang memiliki kekuasaan yang tidak terjangkau dan tidak terbatas.[6] Ibadah dalam pandangan ilmu Fiqh ada dua yaitu ibadah mahdloh dan ibadah ghoiru mahdloh. Ibadah mahdloh adalah ibadah yang telah ditentukan oleh Allah bentuk, kadar atau waktunya seperti halnya sholat, zakat, puasa dan haji. Sedangkan ibadah ghoiru mahdloh adalah sebaliknya, kurang lebihnya yaitu segala bentuk aktivitas manusia yang diniatkan untuk memperoleh ridho dari Allah SWT.
Segala aktivitas pendidikan, belajar-mengajar dan sebagainya adalah termasuk dalam kategori ibadah. Hal ini sesuai dengansabda Nabi SAW :
((رواه ابن عبد البر طلب العلم فريضة على كل مسلم و مسلمة
“Menuntut ilmu adalah fardlu bagi tiap-tiap orang-orang Islam laki-laki dan perempuan” (H.R Ibn Abdulbari)
من خرج فى طلب العلم فهو فى سبيل الله حتى يرجع (رواه الترمذى)
“Barangsiapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia telah termasuk golongan sabilillah (orang yang menegakkan agama Allah) hingga ia sampai pulang kembali”. (H.R. Turmudzi)[7]
Pendidikan sebagai upaya perbaikan yang meliputi keseluruhan hidup individu termasuk akal, hati dan rohani, jasmani, akhlak, dan tingkah laku. Melalui pendidikan, setiap potensi yang di anugerahkan oleh Allah SWT dapat dioptimalkan dan dimanfaatkan untuk menjalankan fungsi sebagai khalifah di muka bumi. Sehingga pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting tidak hanya dalam hal pengembangan kecerdasannya, namun juga untuk membawa peserta didik pada tingkat manusiawi dan peradaban, terutama pada zaman modern dengan berbagai kompleksitas yang ada.
Dalam penciptaaannya, manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan dengan dua fungsi, yaitu fungsi sebagai khalifah di muka bumi dan fungsi manusia sebagai makhluk Allah yang memiliki kewajiban untuk menyembah-Nya. Kedua fungsi tersebut juga dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya berikut,
Mengabdi dalam terminologi Islam sering diartikan dengan beribadah. Ibadah bukan sekedar ketaatan dan ketundukan, tetapi ia adalah satu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat adanya rasa keagungan dalam jiwa seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia mengabdi. Ibadah juga merupakan dampak keyakinan bahwa pengabdian itu tertuju kepada yang memiliki kekuasaan yang tidak terjangkau dan tidak terbatas.[6] Ibadah dalam pandangan ilmu Fiqh ada dua yaitu ibadah mahdloh dan ibadah ghoiru mahdloh. Ibadah mahdloh adalah ibadah yang telah ditentukan oleh Allah bentuk, kadar atau waktunya seperti halnya sholat, zakat, puasa dan haji. Sedangkan ibadah ghoiru mahdloh adalah sebaliknya, kurang lebihnya yaitu segala bentuk aktivitas manusia yang diniatkan untuk memperoleh ridho dari Allah SWT.
Segala aktivitas pendidikan, belajar-mengajar dan sebagainya adalah termasuk dalam kategori ibadah. Hal ini sesuai dengansabda Nabi SAW :
((رواه ابن عبد البر طلب العلم فريضة على كل مسلم و مسلمة
“Menuntut ilmu adalah fardlu bagi tiap-tiap orang-orang Islam laki-laki dan perempuan” (H.R Ibn Abdulbari)
من خرج فى طلب العلم فهو فى سبيل الله حتى يرجع (رواه الترمذى)
“Barangsiapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia telah termasuk golongan sabilillah (orang yang menegakkan agama Allah) hingga ia sampai pulang kembali”. (H.R. Turmudzi)[7]
Pendidikan sebagai upaya perbaikan yang meliputi keseluruhan hidup individu termasuk akal, hati dan rohani, jasmani, akhlak, dan tingkah laku. Melalui pendidikan, setiap potensi yang di anugerahkan oleh Allah SWT dapat dioptimalkan dan dimanfaatkan untuk menjalankan fungsi sebagai khalifah di muka bumi. Sehingga pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting tidak hanya dalam hal pengembangan kecerdasannya, namun juga untuk membawa peserta didik pada tingkat manusiawi dan peradaban, terutama pada zaman modern dengan berbagai kompleksitas yang ada.
Dalam penciptaaannya, manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan dengan dua fungsi, yaitu fungsi sebagai khalifah di muka bumi dan fungsi manusia sebagai makhluk Allah yang memiliki kewajiban untuk menyembah-Nya. Kedua fungsi tersebut juga dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya berikut,
إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً " “
“Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi” [Q.S Al-Baqarah(2): 30].
Ketika Allah menjadikan
manusia sebagai khalifah di muka bumi dan dengannya Allah SWT mengamanahkan
bumi beserta isi kehidupannya kepada manusia, maka manusia merupakan wakil yang
memiliki tugas sebagai pemimpin dibumi Allah.
Ghozali melukiskan tujuan
pendidikan sesuai dengan pandangan hidupnya dan nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya, yaitu sesuai dengan filsafatnya, yakni memberi petunjuk akhlak dan
pembersihan jiwa dengan maksud di balik itu membentuk individu-individu yang
tertandai dengan sifat-sifat utama dan takwa.[8]
Dalam khazanah pemikiran
pendidikan Islam, pada umumnya para ulama berpendapat bahwa tujuan akhir
pendidikan Islam adalah ”untuk beribadah kepada Allah SWT”. Kalau dalam sistem
pendidikan nasional, pendidikan diarahkan untuk mengembangkan manusia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa, maka dalam konteks
pendidikan Islam justru harus lebih dari itu, dalam arti, pendidikan Islam
bukan sekedar diarahkan untuk mengembangkan manusia yang beriman dan bertaqwa,
tetapi justru berusaha mengembangkan manusia menjadi imam/pemimpin bagi orang
beriman dan bertaqwa (waj’alna li al-muttaqina imaama).
Untuk memahami profil imam/pemimpin bagi orang yang bertaqwa, maka kita perlu mengkaji makna takwa itu sendiri. Inti dari makna takwa ada dua macam yaitu; itba’ syariatillah (mengikuti ajaran Allah yang tertuang dalam al-Qur’an dan Hadits) dan sekaligus itiba’ sunnatullah (mengikuti aturan-aturan Allah, yang berlalu di alam ini), Orang yang itiba’ sunnatullah adalah orang-orang yang memiliki keluasan ilmu dan kematangan profesionalisme sesuai dengan bidang keahliannya. Imam bagi orang-orang yang bertaqwa,
Untuk memahami profil imam/pemimpin bagi orang yang bertaqwa, maka kita perlu mengkaji makna takwa itu sendiri. Inti dari makna takwa ada dua macam yaitu; itba’ syariatillah (mengikuti ajaran Allah yang tertuang dalam al-Qur’an dan Hadits) dan sekaligus itiba’ sunnatullah (mengikuti aturan-aturan Allah, yang berlalu di alam ini), Orang yang itiba’ sunnatullah adalah orang-orang yang memiliki keluasan ilmu dan kematangan profesionalisme sesuai dengan bidang keahliannya. Imam bagi orang-orang yang bertaqwa,
artinya disamping dia sebagai
orang yang memiki profil sebagai itba’ syaria’tillah sekaligus itba’
sunnatillah, juga mampu menjadi pemimpin, penggerak, pendorong, inovator dan
teladan bagi orang-orang yang bertaqwa.[9]
d. Kolerasi/ munasabah surah Ad-Dzariyat ayat
55-56
Ketika
Allah memerintahkan kepada manusia untuk saling memberi peringatan kepada
sesamanya, karena memberi peringatan membuahkan manfa’at bagi dirinya sendiri
lebih-lebih terhadap orang-orang beriman, disamping itu pula pada ayat sesudahnya
juga Allah memberikan peringatan mengenai tujuan diciptakan manusia yakni untuk
menyembah kepada Allah SWT.
e. Hikmah yang terkandung dalam surah
Ad-Dzariyat ayat 56
a. Jin
dan manusia dijadikan Allah swt untuk tunduk dan merendahkan diri kepada-Nya.
ANALISIS KRITIS AYAT-AYAT TUJUAN
PENDIDIKAN
Tujuan adalah suatu yang diharapakan tercapai setelah sesuatu
kegiatan selesai atau tujuan adalah cita, yakni suasana ideal itu nampak yang
ingin diwujudkan. Dalam tujuan pendidikan, suasana ideal itu tampak pada tujuan
akhir (ultimate aims of education). Adapun tujuan pendidikan adalah perubahan
yang diharapkan pada subjek didik setelah mengalami proses pendidikan, baik
pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat
dan alam sekitarnya dimana individu hidup, selain sebagai arah atau petunjuk
dalam pelaksanaan pendidikan, juga berfungsi sebagai pengontrol maupun
mengevaluasi keberhasilan proses pendidikan.
Sebagai pendidikan yang notabenenya Islam, maka tentunya dalam merumuskan tujuan harus selaras dengan syari’at Islam. Adapun rumusan tujuan pendidikan Islam yang disampaikan beberapa tokoh adalah :
1. Ahmad D Marimba; tujuan pendidikan Islam adalah; identiuk dengan tujuan hidup orang muslim. Tujuan hidup manusia munurut Islam adalah untuk menjadi hamba allah. Hal ini mengandung implikasi kepercayaan dan penyerahan diri kepada-Nya .
2. Dr. Ali Ashraf; “tujuan akhir pendidikan Islam adalah manusia yang menyerahkan diri secara mutlak kepada Allah pada tingkat individu, masyarakat dan kemanusiaan pada umumnya”.
3. Muhammad Athiyah al-Abrasy. “the fist and highest goal of Islamic is moral refinment and spiritual, training” (tujuan pertama dan tertinggi dari pendidikan Islam adalah kehalusan budi pekerti dan pendidikan jiwa)”
Sebagai pendidikan yang notabenenya Islam, maka tentunya dalam merumuskan tujuan harus selaras dengan syari’at Islam. Adapun rumusan tujuan pendidikan Islam yang disampaikan beberapa tokoh adalah :
1. Ahmad D Marimba; tujuan pendidikan Islam adalah; identiuk dengan tujuan hidup orang muslim. Tujuan hidup manusia munurut Islam adalah untuk menjadi hamba allah. Hal ini mengandung implikasi kepercayaan dan penyerahan diri kepada-Nya .
2. Dr. Ali Ashraf; “tujuan akhir pendidikan Islam adalah manusia yang menyerahkan diri secara mutlak kepada Allah pada tingkat individu, masyarakat dan kemanusiaan pada umumnya”.
3. Muhammad Athiyah al-Abrasy. “the fist and highest goal of Islamic is moral refinment and spiritual, training” (tujuan pertama dan tertinggi dari pendidikan Islam adalah kehalusan budi pekerti dan pendidikan jiwa)”
4. Syahminan Zaini; “Tujuan Pendidikan Islam adalah membentuk
manusia yang berjasmani kuat dan sehat dan trampil, berotak cerdas dan berilmua
banyak, berhati tunduk kepada Allah serta mempunyai semangat kerja yang hebat,
disiplin yang tinggi dan berpendirian teguh”.
Dari berbagai pendapat tentang tujuan pendidikan Islam diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani serta moral yang tinggi, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Dari berbagai pendapat tentang tujuan pendidikan Islam diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani serta moral yang tinggi, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota masyarakat.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian dan penjelasan di atas, pemakalah menyimpulkan :
1. Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah membentuk pribadi muslim yang sadar akan tujuan asal mula penciptaannya, yaitu sebagai abid (hamba). Sehingga dalam melaksanakan proses pendidikan, baik dari sisi pendidik atau anak didik, harus didasari sebagai pengabdian kepada Allah SWT dan semata bertujuan memperoleh ridho Allah SWT.
2. Pendidikan Islam mempunyai misi membentuk kader-kader khalifah fil ardl yang mempunyai sifat-sifat terpuji. Diharapkan akan terbentuk muslim yang mampu mengemban tugas sebagai pembawa kemakmuran di bumi dan“Rahmatan Lil Alamin“.
3. Secara umum tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani serta moral yang tinggi, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Wallahu ‘alam bisshowab
B. Saran dan Harapan
Dari uraian dan penjelasan di atas, pemakalah menyimpulkan :
1. Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah membentuk pribadi muslim yang sadar akan tujuan asal mula penciptaannya, yaitu sebagai abid (hamba). Sehingga dalam melaksanakan proses pendidikan, baik dari sisi pendidik atau anak didik, harus didasari sebagai pengabdian kepada Allah SWT dan semata bertujuan memperoleh ridho Allah SWT.
2. Pendidikan Islam mempunyai misi membentuk kader-kader khalifah fil ardl yang mempunyai sifat-sifat terpuji. Diharapkan akan terbentuk muslim yang mampu mengemban tugas sebagai pembawa kemakmuran di bumi dan“Rahmatan Lil Alamin“.
3. Secara umum tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani serta moral yang tinggi, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Wallahu ‘alam bisshowab
B. Saran dan Harapan
Dari uraian materi makalah Tafsir diatas dapat dijadikan sebagai
acuan dalam beriman kepda Allah, karena Allah yang menciptakan kita, dan kita
telah diberi tanggung jawab yakni beriman kepadanya.
Demikian makalah yang dapat saya
susun, pastilah dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan karena kami sadar ini merupakan keterbatasan dari kami. Makanya kami mengharap kritik
dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Azra. Azyumardi, 2002, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu
Ibnu Taimiyah (dalam Nur Hasanah, 2002).
Drs. H. Moh. Rifa’i, 1978, Ilmu Fiqh Islam Lengkap, Semarang : PT. Karya Toha Putra
M. Quraisy Shihab, 2002, Tafsir al-Mishbah, Jakarta : Lentera Hati
Tafsir Al-Maragi, Ahmad Mustafa Al Maragi, 1993, semarang: CV Toha putra, halm 152-154.
http://kahmiuin.blogspot.com/2007/08/konsep-pendidikan-dalam-al-quran-dan.html
http://g3scotmv01rahmad.blogspot.com/2011/06/surat-az-zariyat-ayat-56.html.
http://www.al-shia.org/html/id/books/anbia/01.htm.
Azra. Azyumardi, 2002, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu
Ibnu Taimiyah (dalam Nur Hasanah, 2002).
Drs. H. Moh. Rifa’i, 1978, Ilmu Fiqh Islam Lengkap, Semarang : PT. Karya Toha Putra
M. Quraisy Shihab, 2002, Tafsir al-Mishbah, Jakarta : Lentera Hati
Tafsir Al-Maragi, Ahmad Mustafa Al Maragi, 1993, semarang: CV Toha putra, halm 152-154.
http://kahmiuin.blogspot.com/2007/08/konsep-pendidikan-dalam-al-quran-dan.html
http://g3scotmv01rahmad.blogspot.com/2011/06/surat-az-zariyat-ayat-56.html.
http://www.al-shia.org/html/id/books/anbia/01.htm.
[1]
Qs. Ad-Dzariyat: 56
[2]
http://www.al-shia.org/html/id/books/anbia/01.htm.
[3]
Tafsir Al-Misbah,.
[4]
Shihab (2003:356).
[5]
Ibnu Taimiyah (dalam Nur Hasanah, 2002).
[7]
Drs. H. Moh. Rifa’i, Ilmu Fiqh Islam Lengkap,
Semarang : PT. Karya Toha Putra, hlm 13
[8]
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan
Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002, hal.33
[9]
http://kahmiuin.blogspot.com/2007/08/konsep-pendidikan-dalam-al-quran-dan.html
[10]
http://g3scotmv01rahmad.blogspot.com/2011/06/surat-az-zariyat-ayat-56.html.