BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu perhatian sentral
masyarakat Islam baik dalam negara maupun minoritas. Dalam ajaran agama Islam
pendidikan mendapat posisi yang sangat penting dan tinggi. Karenanya, umat
Islam mempunyai perhatian yang tinggi terhadap pelaksanaan pendidikan untuk
kepentingan masa depan umat Islam.
Sejak awal perkembangan Islam, pendidikan mendapat
prioritas utama masyarakat muslim Indonesia di samping karena besarnya arti.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya yaitu sebagai berikut :
- Bagaimanakah
pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam di Indonesia?
- Bagaimanakah
pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam pada zaman Belanda?
- Bagaimanakah
pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam pada zaman Jepang?
- Apa
pengaruh pendidikan Islam terhadap sistem pendidikan nasional?
BAB II
PEMBAHASAN
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA.
A. Masa Masuk dan Perkembangan
Islam Di Indonesia
Berita
Islam di Indonesia telah diterima sejak orang Venesia (Italia) yang bernama
Marcopolo singgah di kota Perlak dan menerangkan bahwa sebagian besar
penduduknya telah beragama Islam. Sampai sekarang belum ada bukti tertulis
tentang kapan tepatnya Islam masuk ke Indonesia. Namun banyak teori
yang memperkirakannya.
Dari
sekian perkiraan, kebanyakan menetapkan bahwa kontak Indonesia dengan Islam
sudah terjadi sejak abad ke 7 M, Ada yang mengatakan bahwa Islam pertama kali
masuk di Indonesia di Jawa, dan ada yang mengatakan di Barus.ada yang
berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui pesisir Sumatera. Untuk
selanjutnya siapa yang memperkenalkan Islam di Indonesia itu? Ada yang
mengatakan bahwa Islam di bawh ke Indonesia oleh para pedangan ada yang
mengatakan bahwa kekuasaan (konversi) keraton sangat berpengaruh bagi
pengislaman di Indonesia. Masuknya islam penguasa akan diikuti oleh rakyatnya
secara cepat. Dapat dikatakan bahwa Islam pada mulanya diperkenalkan oleh para
pedagang muslim yang melakukan kontak dagang dengan penduduk setempat pada
akhirnya dapat menarik hati penduduk setempat untuk memeluk Islam. Pada masa
awal, saudagar-saudagar muslim dikenal cukup mendominasi perdangangan dengan
Indonesia. Kehadiran pedangang-pedagang muslim melahirkan fenomena kota-kota
perdangangan sebagai pusat ekonomi, yang pada akhirnya mendukung kegiatan bagia
pengembangan Islam.
Di
samping itu penyebaran Islam di Indonesia adalah dengan metode kekuasan, yang
mempunyai peran penting bagi perluasan Islam di Indonesia. Beralihnya agama
penguasaa menjadi muslim akan diikuti rakyat dan pendukungnya secara cepat.
Setelah berdirinya kerajaan islam, biasanya sang penguasa mempelopori
berbagai kegiatan keagamaan, mulai dari dakwa Islam, pembangunan masjid, sampai
penyelenggaraan pendidikan Islam. Dapat dikatakan bahwa jalan yang
ditempuh oleh para pedangan muslim dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia
antara lain melalui jalur atau salurann perdagangan, perkawinan, tasawuf,
pendidikan, kesenian dan politik.
1. Perdangangan
Pada
taraf permulaan saluran Islamiyah adalah dengan perdangagan, dimana kesibukan
lalu lintas perdangagan terjadi pada abad ke 7 hingga 16 M .
2. Perkawinan
Dari
sudut ekonomi, para pedangagang muslim memiliki status ekonomi yang lebih baik,
sehingga para putri bangsawan tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar
itu dan sebelum nikah mereka di Islamkan dahulu.
3. Tasawuf
Para
pengajar tasawuf atau sufi mengajarkan teosofi yang bercampur dengan jalan yang
sudah dikenmal luas oleh masyarakat Indonesia.
4. Pendidikan
Islamisasi
dengan saluran ini misalnya dilaksanakan di pondok-pondok pesentren yang
diselenggarakan oleh guru-guru agama, kyai dan ulama-ulama.
5. Kesenian
Pada
waktu itu di Nusantara terdapat beberapa pusat kesenian dan kesusastraan
Melayu. Dari pusat-pusat kesenian dan kesusastraan tersebut lahirlah
kesusastraan Melaku klasik dan terciptalah genre-genre di pusat-pusat itu.
6. Politik
Di
Maluku, Sulawesi Selatan, rakyat masuk Islam setelah rajanya masuk Islam, maka
kerajaan Isalam berusaha menguasai kerjaan non Islam, sehingga secara politis
banyak menarik penduduk kerajaan non Islam untuk masuk Islam.
Pada
awal abad ke 15 M pesantren telah didirikan oleh para kpenyebar agama Islam, di
antaranya Walisongo. Dengan semakin banyaknya lembaga pendidikan Islam di
Indonesia didirikan, agama Islam semakin tersebar sehingga dapat dikatakan
lembaga-lembaga itu merupakan anak panah penyebaran Islam di Jawa.
Di
samping itu ada juga yang dinamakan surau, yakni lembaga pendidik Islam tradisional
di Sumatra Barat. Di Minangkabau istilah surau telah digunakan sebelum
datangnya Islam di Indonesia. Surau merupakan tempat yang dibangun Islam di
Indonesia.
Jadi dapat disimpulkan bahwa surau
sebulum datangnya Islam adalah bagian dari kebudayaan masyarakat Minangkabau.
Surau dibangun oleh suku Indu untyk berkumpul, rapat, dan tempat tidur bagi
pemuda-pemuda, kadang-kadang bagi mereka yang sudah kawin dan orang-orang tua
yang sudah uzur.
1. Masa
Masuk dan Berkembangnya Islam
a. Akselerasi Perkembangan Islam
Pada Umumnya
Akselerasi
dan dinamika penyebaran Islam tersebut di sebabkan adanya faktor-faktor khusus
yang dimiliki oleh Islam bpada periode permulaanya.faktor-faktor posotif itu
antara lain ialah : Faktor ajaran Islam itu sendiri. Ajaran Islam, baik pada
bidang akidah, syariahdan akhlaknya mudah di mengerti oleh semua lapisan
masyarakat, dapat di amalkan secara luwes dan ringan, selalau memberikan ja;lan
keluar dari pada kesulitan.
b. Masuk Islam dan berkembangnya
Ada
dua faktor utama yang menyebabkan Indonesia mudah di kenal oleh Bangsa-Bangsa
lain, khususnya oleh Bangsa-Bangsa di Timur Tengah dan Timur jauh sejak dahulu
kala, yaitu:
·
Faktor letak geografisnya yang strategis. Indonesia
berada di persimpangan jalan raya Internasional dari jurusan Timur Tengah
menuju Tiongkok,[[1]] melalui lautan dan jalan menuju Benua Amerika dan
Australia.
·
Faktor kesuburan tanahnya yang menghasilkan
bahan-bahan keperluan hidup yang dibutuhkan oleh Bangsa-Bangsa lain.misalnya:
rempah-rempah.
Oleh
karena itulah maka tidak mengherankan jika masuknya Islam di Indonesia ini
terjadi tidak terlalu jauh dari zaman kelahirannya.harus di bedakan antara
datangnya orang islam yang pertama di Indonesia.
Jika agama Islam dalam arti para pedagang Islam telah masuk di Tiongkok pada
zaman Khalifah Usman bin Affan, maka tidak mustahil ada perdagang Islam yang
mampir atau menetap di Indonesia sekitar zaman itu, mengingat letak Indonesia
di lalui oleh mereka yang ingin pergi ke Tiongkok. Lewat lautan. Tetapi ilmu
sejarah tidak cukup hanya berdasarkan perkiraan atau Hipotesa belaka. ilmu
sejarah memerlukan bukti-bukti Otentik tentang permulaan masuknya Islam di
Indonesia. sehimga sampai sekarang masih mengalami kesulitan-kesulitan
yang prinsip, antara lain:
Buku-buku sejarah Indonesia banyak yang di tulis oleh orang-orang Belanda
pada Zaman pemerintah Belanda menjajah Indonesia. Ada dua macam keberatan
terhadap buku-buku tersebut. Pertama, penulisnya adalah orang-orang yang senag
kepada Islam[[2]]
dan kepada bangsa Indonsia. Kedua, masa penyelidikannya sudah lama sehingga
sudah ketingalan waktu, yakni sudah ada bukti-bukti lain yang di kemukakan oleh
penulis Belanda. Namun
demikian kita tidak boleh Apriori menolak semua pendapat dari mereka.
Buku-buku
sejarah yang ada sering mengemukakan bukti berupa carita rakyat yang hidup dan
dipercayai oleh orang banyak sejak dahulu sampai sekarang. Ibarat Hadist Nabi Muhammad SAW yang nilainya
Masyur atau Mutawatir dapat dijadikan dalil atau bukti. Padahal di antara
cerita rakyat yang sudah Masyhur atau Mutawatir dapat dijadikan dalil
atau bukti. Padahal di antara cerita rakyat yang sudah Mashur itu kadang-kadang
tidak dapat dipertanggung jawabkan secarah Ilmiah.
2. Organisasi
dan Lembaga pendidikan Islam
a. Organisasi Islam dan Pendidikan
Islam di Indonesia
Para pemimpin pergerakan nasional dengan kesadaran penuh
ingin mengubah keterbelakangan rakyat Indonesia. Mereka
insaf bahwa penyelenggaraan pendidikan yang bersifat nasional harus segera
dimasukkan ke dalam agenda perjuangannya. Maka lahirlah sekolah sekolah
sertikelir (swasta) atas usaha para perintis kemerdekaan sekolah-sekolah itu
semula memiliki dua corak, yaitu :
a)
Sesuai dengan haluan politik, seperti :
- Taman siswa, yang mula-mula didirikan
di Yogyakarta
- Sekolah serikat Rakyat di Semarang,
yang berhaluan komunis
- Ksatrian Institut, yang didirikan oleh
Drs. Douwes Dekkerr (Dr. Setiabudi) di Bandung
- Perguruan Rakyat, di Jakarta dan
Bandung.
b)
Sesuai dengan runtutan/ajaran agama Islam yaitu :
- Sekolah-sekolah Serikat Islam
- Sekolah-sekolah Muhammadiyah
- Sumater tawalib di Padang Panjang
- Sekolah-sekolah Nahdlatul Wathan
- Sekolah-sekolah Persatuan Umat Islam
(PUI)
- Sekolah-sekolah Al-Jami’atul Wasliyah
- Sekolah-sekolah Al-irSYAD
- Sekolah-sekolah Normal Islam
- Dan masih banyak sekolah-sekolah lain
yang didirikan oleh organisasi Islam maupun oleh perorangan diberbagai
kawasan kepulauan Indonesia baikdalam bentuk pondok pesantren maupun
Madrasah.
b. Jenis-jenis lembaga Pendidikan
Islam di Indonesia
- Lembaga
Pendidikan Islam sebelum kemerdekaan Indonesia
Pendidikan Islam mulai damai dan berkembang pada awal
abad ke-20 Masehi dengan berdirinya madrasah Islamiyah yang bersifat formal. Madrasah-madrasah
yang bermunculan di Sumateri antara lain :Madrasah Adabiyah di Padang Sumatra
Barat yang didirikan oleh Syeikh Abdullah Ahmad pada tahun 1909 M. Madrasaha
ini berubah menjadi HIS Adabiyah pada tahun 1915 M. Pada tahun 1910 M didirikan
Madrs School di daerah Batu Sangkar Sumatera Barat oleh Sykh M. Taib Umar Pada
tahun 1918 M Mahmud Yunus mendirikan Diniyah School sebagai lanjutan
Madrasah School.
Adapun pondok pesantren (surau) yang pertama kali membuka
madrasah formal ialah Tawalib di Padang Panjang pada tahun 1921 M di bawah
pimpinan Syekh Abd. Karim Amrullah ayah Hamka. Selain daripada madrasah, juga
majalah, juga majalah Islamiyah mulai diterbitkan sebagai sarana pendidikan
Islam untuk masyarakat, Madrasah Juharaian oleh H. Abd. Majid pada tahun 1922
M.
Di sumatra Timur didirikan pesantren Syekh Hasan Maksum
pada tahun 1916 M. Madrasah Maslurah di Tanjungpura pada tahun 1912 Madrasah
Aziziyah pada tahun 1918 M.
Di Panula berdiri pesantren dan Madrasah Mustafawiyah di Purbabaru pada tahun 1913 M oleh Syekh Mustafa Husain keluaran Makkah.
Di Panula berdiri pesantren dan Madrasah Mustafawiyah di Purbabaru pada tahun 1913 M oleh Syekh Mustafa Husain keluaran Makkah.
Di Sumatra Selatan berdiri Madrasah Al-Qur’aniyah pada
tahun 1920 di Palembang oleh K.H. Moch. Yunus, Madrasah Ahliah Diniyah Oleh.
K.Masagus. H.NanangMisri pada tahun 1920, Madrasah Nurul Falah oleh K.H. Abu
Bakart Bastari pada tahun 1934 M dan Madrasah Darul Funun oleh K.H. Ibrahim
pada tahun 1938 M.
- Lembaga Pendidikan Islam sesudah
Indonesia Merdeka
Setelah Indonesia merdeka dan mempunyai Departemen Agama, maka secara
instantional Departemen Agama diserahi kewajiban dan bertanggung jawab terhadap
pembinaan dan pengembangan pendidikan agama dalam lembaga-lembaga tersebut.
Lembaga pendidikan agama Islam ada yang berstatus negeri dan ada yang berstatus
swasta.
Yang berstatus negeri misalnya seperti :
- Madrasah Ibtidaiyah Negeri (Tingkat
Dasar)
- Madrasah Tsawiyah Negeri (Tingkat
Menengah Pertama)
- Madrasah Aliyah Negeri (tingkat
Menengah Atas). Dahulunya berupa Sekolah Guru dan Hakim Agama (SGHA) dan
Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN)
- Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri
(PTAIN) yang kemudian berubah menjadi IAIN (Institut Agama Islam Negeri).
3. Tokoh-tokoh
pendidikan Islam di Indonesia
Adapun beberapa tokoh pendidikan Islam di Indonesia
- Kyai
Haji Ahmad Dahlan (1869 – 1923)
K.H Ahmad Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1869
M dengan nama kecilnya Muhammad Darwis, putra dari KH.Abubakar Bin Kyai
Sulaiman, Khatib di masjid besar (jami’) Kesulitan Yogyakarta, Ibunya adalah
puteri Haji Ibrahim seorang penghulu.
- Kyai
Haji Hasyim Asy’ari (1871-1947)
K.H. Hasyim asy’ari dilahirkan pada tanggal 14 Februari tahun 1981 M di
Jombang Jawa Timur, mula-mulai ia belajar agama Islam pada ayahnya sendiri Kyai
Asy’ari Kemudian ia belajar ke pondok pesantren Purbalinggo. Kemudian pindah
lagi ke Plangitan, Semarang, Madura, dan lain-lain.
Maka di bawah pimpinan
KH. Ilyas dimasukkan pengetahuan umum ke dalam Madrasah Salafiyah, yaitu:
- Membaca dan menulis huruf latin
- Mempelajari bahasa Indonesia
- Mempelajari ilmu bumi dan sejarah
Indonesia
- Mempelajari ilmu berhitung
Semuanya itu diajarkan
dengan memakai buku-buku huruf latin.
- KH Abdul Halim (1887 – 1962)
KH. Abdul Halim lahir di Ciberelang, Majalengka pada
tahun 1887 M. Dia adalah pelopor gerakan pembaharuan di daerah Majalenga, Jawa
Barat, yang kemudian berkembnag menjadi persyerikatan Ulama, dimulai pada tahun
1911, yang kemudian berubah menjadi Persatuan Umat Islam (PUI) pada tanggal 5
April 1952 M/9 Rajab 1371 H.[[3]]
4. Bukti-Bukti Masuknya Islam ke Indonesia
Berdasarkan bukti-bukti
yang ditemukan di Indonesia, para ahli menafsirkan bahwa agama dan kebudayaan
Islam diperkirakan masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7M, yaitu pada masa
kekuasaan Kerajaan Sriwijaya.Pendapat lain membuktikan bahwa agama dan kebudayaan
Islam masuk ke wilayah Indonesia dibawa oleh para pedagang Islam dari Gujarat
(India). Hal ini dilihat dari penemuan unsur-unsur Islam di Indonesia yang memiliki
persamaan dengan India seperti batu nisan yang dibuat oleh orang-orang.
Sumber-sumber berita itu di antaranya sebagai berikut:
-
Berita Arab, berita ini diketahui melalui para
pedagang Arab yang telah melakukan aktifitasnya dalam bidang perdagangan dengan
bangsa Indonesia. Kegiatan para pedagang Arab di Kerajaan Sriwijaya dibuktikan
dengan adanya sebutan para pedagang Arab untuk Kerajaan Sriwijaya, yaitu Zabaq,
Zabay, atau Sribusa.
-
Berita Eropa, berita ini datangnya dari
Marcopolo. Ia adalah orang Eropa yang pertama kali menginjakkan kakinya di
wilayah Indonesia, ketika ia kembali dari Cina menuju Eropa melalui jalan laut.
Ia mendapat tugas dari kaisar Cina untuk mengantarkan putrinya yang
dipersembahkan kepada kisar Romawi. Dalam perjalanannya ia singgah di Sumatera
bagian Utara. Di daerah ini ia telah menemukan adanya kerajaan Islam, yaitu
Kerajaan Samudera dengan ibukotanya Pasai.
-
Berita India, dalam berita ini disebutkan bahwa
para pedagang India dari Gujarat mempunyai peranan yang sangat penting di dalam
penyebaran agama dan kebudayaan Islam di Indonesia. Karena di samping berdagang
mereka aktif mengajarkan agama dan kebudayaan Islam kepada masyarakat yang
dijumpainya, terutama kepada masyarakat yang terletak di daerah pesisir pantai.
-
Berita Cina, berita ini berhasil diketahui
melalui catatan dari Ma-Huan, seorang penulis yang mengikuti perjalanan
Laksamana Cheng-Ho. Ia menyataka melalui tulisannya bahwa sejak kira-kira tahun
1400 telah ada saudagar-saudagar Islam yang bertempat tinggal di pantai utara
Pulau Jawa.[3]
Sumber
dalam negeri, sumber-sumber ini diperkuat dengan penemuan-penemuan seperti:
-
Penemuan sebuah batu di Leran (dekat Gresik).
Batu bersirat itu menggunakan huruf dan bahasa Arab, yang sebagian tulisannya
telah rusak. Batu itu memuat keterangan tentang meninggalnya seorang perempuan
yang bernama Fatimah binti Ma’mun (1028).
-
Makam Sultan Malikul Saleh di Sumatera Utara yang
meninggal pada bulan Ramadhan tahun 676 M atau tahun 1297 M
-
Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang
wafat tahun 1419. Jirat makam didatangkan dari Gujarat dan berisi
tulisan-tulisan Arab.
5. Saluran Penyebaran Islam
Masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia atau proses
Islamisasi di Indonesia melalui beberapa cara atau saluran, yaitu:
·
Perdagangan
Sejak abad ke-7 M, para pedagang Islam dari
Arab, Persia, dan India telah ikut ambil bagian dalam kegiatan perdagangan di
Indonesia. Hal
ini menimbulkan jalinan hubungan perdagangan antara masyarakat dan para
pedagang Islam. Di samping berdagang, para pedagang Islam dapat menyampaikan
dan mengajarkan agama dan budaya Islam kepada orang lain termasuk masyarakat
Indonesia Politik
Setelah
tersosialisasinya agama Islam, maka kepentingan politik dilaksanakan melalui
perluasan wilayah kerajaan, yang diikuti pula dengan penyebaran agama Islam. Contohnya, Sultan Demak mengirimkan pasukannya
untuk menduduki wilayah Jawa Barat dan memerintahkan untuk menyebarkan agama
Islam. Pasukan itu dipimpin oleh Fatahillah.
Tasawwuf Para ahli
tasawwuf hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu berusaha untuk menghayati
kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama-sama di tengah-tengah masyarakatnya. Para ahli tasawuf ini biasanya memiliki keahlian
yang dapat membantu kehidupan masyarakat, di antaranya ahli menyembuhkan
penyakit dan lain-lain. Mereka juga aktif menyebarkan dan mengajarkan agama
Islam. Penyebaran agama Islam yang mereka lakukan disesuaikan dengan kondisi,
alam pikiran, dan budaya masyarakat pada saat itu, sehingga ajaran-ajaran Islam
dengan mudah dapat diterima oleh masyarakat. Ahli tasawwuf yang memberikan
ajaran agama Islam yang disesuaikan dengan alam pikiran masyarakat setempat
antara lain Hamzah Fansuri di Aceh dan Sunan Panggung di Jawa
6. Beberapa faktor
yang mempermudah perkembangan Islam di Indonesia antara lain sebagai berikut.
Dalam ajaran agama Islam tidak dikenal adanya perbedaan golongan dalam
masyarakat. Masyarakat mempunyai kedudukan yang sama sebagai Hamba Allah.
Walaupun demikian, ajaran agama Islam kurang meresap di kalangan Istana, hal
ini dibuktikan dengan masih adanya praktek-praktek feodalisme khususnya di
lingkungan keratin Jawa.
Agama Islam cocok dengan jiwa pedagang. Dengan memeluk Islam maka hubungan
di antara para pedagang semakin bertambah erat, sesuai dengan ajaran Islam yang
menyatakan bahwa setiap orang itu bersaudara.
Sifat bangsa Indonesia yang ramah tamah memberi peluang untuk bergaul lebih
erat dengan bangsa lain. Dengan pendekatan yang tepat, maka bangsa Indonesia
dengan mudah dapat menerima ajaran agama Islam.
Islam
dikembangkan dengan cara damai. Pendekatan secara damai akan lebih berhasil
dibandingkan secara paksa dan kekerasan.
·
Wali Songo
Para wali yang berjasa dalam menyebarkan agama
Islam di Indonesia dikenal dengan sebutan Wali Songo. Para wali itu adalah
sebagai berikut:
- Maulana Malik Ibrahim yang kabarnya berasal dari Persia dan kemudian
berkedudukan di Gresik.
- Sunan Ngampel yang semula bernama Raden Rakhmat berkedudukan di
Ngampel (Ampel), dekat Surabaya.
- Sunan Bonang yang semula bernama Makdum Ibrahim, putra Raden Rakhmat
dan berkedudukan di Bonang, dekat Tuban.
- Sunan Drajat yang semula bernama Masih Munat juga putra Raden Rakhmat
yang berkedudukan di Drajat dekat Sedayu (Surabaya).
- Sunan Giri yang semula bernama Raden Paku, murid Sunan Ngampel
berkedudukan di bukit Giri Gresik
- Sunan Muria yang berkedudukan di Gunung Muria di daerah Kudus.
- Sunan Kudus yang semula bernama Udung berkedudukan di Kudus.
- Sunan Kalijaga yang semula bernama Joko Said berkedudukan di Kadilangu
dekat Demak.
- Sunan Gunung Jati yang semula bernama Fatahillah atau Faletehan yang
berasal dari Samudera Pasai. Ia dapat merebut Sunda Kelapa Banten dan kemudian menetap di Gunung
Jati dekat Cirebon.[[4]]
B. Kebijakan Pemerintahan
Belanda dan Jepang Dalam Pendidikan Islam.
1. Masa Penjajahan
Belanda.
Penaklukan bangsa barat atas bangsa timur di mulai
dengan jalan perdagangan, kemudian dengan kekuatan militer.selama zaman
penjajahan barat itu berjalanlah di Indonesia.begitu pula di bidang pendidikan,
mereka memperkenalkan sistem dan metode baru tetapi sekedar untuk menghasilkan
tenaga yang dapat membantu kepentingan mereka dengan upah yang murah
dibandingkan dengan jika mereka harus mendatankan tenaga dari barat.[[5]]
Pendidikan selama penjajahan Belanda dapat
dipetakan kedalam 2 (dua) periode besar, yaitu pada masa VOC (Vereenigde
Oost-indische Compagnie) dan masa pemerintah Hindia Belanda (Nederlands Indie).
Pada masa VOC, yang merupakan sebuah kongsi (perusahaan) dagang, kondisi
pendidikan di Indonesia dapat dikatakan tidak lepas dari maksud dan kepentingan
komersial
Secara umum sistem pendidikan pada masa VOC dapat
digambarkan sebagai berikut:
1. Pendidikan Dasar
Berdasarkan
peraturan tahun 1778, dibagi kedalam 3 kelas berdasar rankingnya. Kelas 1
(tertinggi) diberi pelajaran membaca, menulis, agama, menyanyi dan berhitung.
Kelas 2 mata pelajarannya tidak termasuk berhitung. Sedangkan kelas 3
(terendah) materi pelajaran fokus pada alphabet dan mengeja kata-kata[1].
Proses kenaikan kelas tidak jelas disebutkan, hanya didasarkan pada kemampuan
secara individual. Pendidikan dasar ini berupaya untuk mendidik para
murid-muridnya dengan budi pekerti. Contoh pendidikan dasar ini antara lain
Batavische school (Sekolah Betawi, berdiri tahun 1622); Burgerschool (Sekolah
Warga-negara, berdiri tahun 1630); Dll.
2. Sekolah Latin
Diawali
dengan sistem numpang-tinggal (in de kost) di rumah pendeta tahun 1642. Sesuai
namanya, selain bahasa Belanda dan materi agama, mata pelajaran utamanya adalah
bahasa Latin. Setelah mengalami buka-tutup, akhirnya sekolah ini secara
permanent ditutup tahun 1670.
3. Seminarium
Theologicum (Sekolah Seminari)
Sekolah untuk mendidik calon-calon pendeta, yang didirikan pertama kali
oleh Gubernur Jenderal van Imhoff tahun 1745 di Jakarta. Sekolah dibagi menjadi
4 kelas secara berjenjang. Kelas 1 belajar membaca, menulis, bahasa Belanda,
Melayu dan Portugis serta materi dasar-dasar agama. Kelas 2 pelajarannya ditambah
bahasa Latin. Kelas 3 ditambah materi bahasa Yunani dan Yahudi, filsafat,
sejarah, arkeologi dan lainnya. Untuk kelas 4 materinya pendalaman yang diasuh
langsung oleh kepala sekolahnya. Sistem pendidikannya asrama dengan durasi
studi 5,5 jam sehari dan Sekolah inihanya bertahan selama 10 tahun.
4. Academieder Marine
(Akademi Pelayanan)
Berdiri
tahun 1743, dimaksudkan untuk mendidik calon perwira pelayaran dengan lama
studi 6 tahun. Materi pelajarannya meliputi matematika, bahasa Latin, bahasa ketimuran (Melayu,
Malabar dan Persia), navigasi, menulis, menggambar, agama, keterampilan naik kuda, anggar, dan
dansa. Tetapi ia pun akhirnya ditutup tahun 1755.
5. Sekolah Cina
1737 didirikan untuk keturunan Cina yang miskin, tetapi sempat vakum karena
peristiwa de Chineezenmoord (pembunuhan Cina) tahun 1740. selanjutnya, sekolah
ini berdiri kembali secara swadaya dari masyarakat keturunan Cina sekitar tahun
1753 dan 1787
6. Pendidikan Islam
Pendidikan untuk komunitas muslim relatif telah mapan melalui lembaga-lembaga
yang secara tradisional telah berkembang dan mengakar sejak proses awal masuknya Islam ke
Indonesia. VOC tidak ikut campur mengurusi atau mengaturnya.
Pada akhir abad ke-18, setelah VOC mengalami kebangkrutan, kekuasaan Hindia
Belanda akhirnya diserahkan kepada pemerintah kerajaan Belanda langsung. Pada
masa ini, pendidikan mulai memperoleh perhatian relatif maju dari sebelumnya.[[6]]
2. Masa Penjajahan
Jepang
Jepang menjajah Indonesia setelah mengusir pemerintah hindia belanda dalam
perang dunia ke 11. mereka menguasai Indonesia pada tahun 1942, dengan membawa
semboyan. Untuk mendekati umat islam Indonesia mereka menempuh
kebijakan antara lain:
- Kantor urusan agama yanag pada zaman belanda.
- Pondok pesantren yang besar-besar sering mendapat kunjungan orang
jepang.
- Sekolah negri di beri pelajara budi pekerti.
Di samping itu pemerintah jepang mengizinkan pembentukan barisan hisbullah. Pemerintah jepang mengizinkan berdirinya sekolah tinggi islam di
Jakarta. Para ulama islam bekerja sama dengan pemimpin-pemimpin nasionalis. Umat
islam diizinkan meneruskan organisasi persatuan yang di sebut (MIAI).[[7]]
C. Berbagai Kebijakan
Pemerintah RI Dalam Bidang Pendidikan Islam
Setelah Indonesia merdeka, musuh-musuh Indonesia tidak tinggal diam, bahkan
berusaha menjajah kembali. Pada bulan Oktober 1945 para ulama di Jawa
memproklamasikan perang jihad fi sabililllah terhadap Belanda atau sekutu.
Fatwa ini memberikan kepastian hukum terhadap perjuangan umat Islam. Pahlawan
perang barat dikategorokan sebagai syahid. Isi fatwa tersebut adalah sebagai berikut:
- Kemerdekaan Indonesia wajib dipertahankan.
- Pemerintah RI adalah satu-satunya yang sah dan wajib dibela dan diselamatkan.
- Musuh-musuh RI pasti akan menjajah kembali bangsa Indonesia. Karena itu kita wajib mengangkat senjata
menghadapi mereka.
- Kewajiban-kewajiban tersebut di atas adalah jihad fi sabilillah.[[8]]
Ditinjau dari segi pendidikan rakyat, maka fatwa
ulama tersebut sangat besar sekali artinya. Fatwa tersebut memberikan faedah
bahwa para ulama dan santri-santri dapat mempraktekkan dan mengaplikasikan
ajaran jihad fi sabilillah yang sudah dikaji dan dipelajari selama
bertahun-tahun dalam kitab-kitab Fiqh di pesantren-pesantren dan madrasah.
Sehingga ajaran-ajaran tersebut tidak hanya menjadi materi kajian-kajian ilmiah
para ulama dan santri di Indonesia. Dan dengan keluarnya fatwa ini, secara
otomatis mempengaruhi kurikulum yang diajarkan di pesantren-pesantren. Pesantren yang awalnya hanya
mengajarkan Islam melalui pengajian kitab-kitab kuning, dengan keluarnya fatwa
tersebut mereka mulai menambahkan pelajaran ekstrakurikuler berupa seni bela
diri atau hal-hal lain yang berkaitan dengan bela negara. Dan dapat dipastikan
banyak dari pesantren-pesantren yang mengirimkan santri-santrinya untuk turut
serta dalam mempertahankan negara secara langsung di medan perang.
Di tengah-tengah berkobarnya revolusi fisik, pemerintah RI tetap membina
pendidikan pada umumnya dan pendidikan agama pada khususnya. Pembinaan
pendidikan agama itu secara formal institusional dipercayakan kepada Departemen
Agama dan Departemen P dan K. Oleh karena itu, maka dikeluarkanlah
peraturan-peraturan bersama antara kedua departemen tersebut untuk mengelola
pendidikan agama di sekolah-sekolah umum baik negeri maupun swasta. Adapun
pendidikan agama di sekolah agama ditangani oleh Departemen Agama sendiri.
Pendidikan agama Islam untuk umum mulai diatur secara resmi oleh pemerintah
pada bulan Desember 1946. sebelum itu pendidikan agama sebagai ganti pendidikan
budi pekerti yang sudah ada sejak zaman Jepang, berjalan sendiri-sendiri di
masing-masing daerah. Pada bulan tersebut dikeluarkanlah peraturan bersama dua
menteri yaitu Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Pengajaran yang
menetapkan bahwa pendidikan agama dimulai pada kelas IV SR (Sekolah
Rakyat) sampai kelas VI. Pada masa itu keadaan keamanan Indonesia belum mantap,
sehingga SKB dua menteri tersebut belum berjalan sebagaimana mestinya.
Daerah-daerah di luar Jawa masih banyak yang memberikan pendidikan agama sejak
kelas I SR. Pemerintah membentuk Majlis Pertimbangan Pengajaran Agama Islam
pada tahun 1947 yang dipimpin oleh Ki Hajar Dewantara dari Departemen P dan K
dan Prof. Drs. Abdullah Sigit dari departemen Agama. Tugasnya adalah ikut
mengatur pelaksanaan dan materi pengajaran pengajaran agama yang diberikan di
sekolah umum.
Pada tahun 1950 di mana kedaulatan Indonesia telah pulih untuk seluruh
Indonesia, maka rencana pendidikan agama untuk seluruh wilayah Indonesia makin
disempurnakan dengan dibentuknya panitia bersama yang dipimpin Prof. Mahmud Yunus
dari Departemen Agama dan Mr. Hadi dari Departemen P dan K, hasil dari panitia
itu adalah SKB yang dikeluarkan pada bulan Januari 1951, Nomor: 1432/Kab.
Tanggal 20 Januari 1951 (Pendidikan), Nomor K 1/652 tanggal 20 Januari 1951
(Agama), yang isinya adalah:
- Pendidikan agama
mulai diberikan di kelas IV Sekolah Rakyat.
Di
daerah-daerah yang masyarakat agamanya kuat, maka pendidikan agama mulai
diberikan pada kelas I SR, dengan catatan bahwa pengetahuan umumnya tidak
berkurang dibandingkan dengan sekolah lain yang pendidikan agamanya dimulai
pada kelas IV SR.
Di
sekolah lanjutan pertama atau tingkat atas, pendidikan agama diberikan sebanyak
dua jam dalam seminggu.
Pendidikan
agama diberikan pada murid-murid sedikitnya 10 orang dalam satu kelas dan mendapat
izin dari orang tua atau wali.
Pengangkatan guru agama, biaya pendidikan agama, dan materi pendidikan
agama ditanggung oleh Departemen Agama.
Untuk
menyempurnakan kurikulumnya, maka dibentuk panitia yang dipimpin oleh KH. Imam
Zarkasyi dar Pindok Gontor Ponorogo. Kurikulum tersebut disahkan oleh Menteri
Agama pada tahun 1952. Dalam sidang pleno MPRS, pada bulan Desember 1960
diputuskan sebagai berikut: “Melaksanakan Manipol Usdek di bidang mental,
agama, dan kebudayaan dengan syarat spiritual dan material agar setiap warga
negara dapat mengembangkan kepribadiannya dan kebangsaan Indonesia serta
menolak pengaruh-pengaruh buruk budaya asing (Bab II, Pasal II: I). Dalam
ayat 3 dari pasal tersebut dinyatakan bahwa: “Pendidikan agama menjadi mata
pelajaran di sekolah-sekolah umum, mulai dari sekolah rendah sampai
universitas. Dengan
pengertian bahwa murid berhak ikut serta dalam pendidikan agama jika wali
murid/ murid dewasa tidak menyatakan keberatannya”.[[9]]
Pada tahun 1966, MPRS melakukan sidang, suasana pada waktu itu adalah
membersihkan sisa-sisa mental G-30 S/ PKI. Dalam keputusannya di bidang
pendidikan agama telah mengalami kemajuan yaitu dengan menghilangkan kalimat
terakhir dari keputusan yang terdahulu. Dengan demikian maka sejak tahun 1966 pendidikan agama
menjadi hak wajib para siswa mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi
Umum Negeri di seluruh Indonesia.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Dari
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan bukti-bukti yang
ditemukan di Indonesia, para ahli menafsirkan bahwa agama dan kebudayaan Islam
diperkirakan masuk ke Indonesia sekitar abadke-7M, yaitu pada masa kekuasaan
Kerajaan Sriwijaya.Pendapat lain membuktikan bahwa agama dan kebudayaan Islam
masuk ke wilayah Indonesia dibawa oleh para pedagang Islam dari Gujarat
(India). Masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan
Islam di Indonesia atau proses Islamisasi di Indonesia melalui beberapa cara
atau saluran, yaitu perdagangan, politik, dan tassawuf. Pendidikan untuk
komunitas muslim relatif telah mapan melalui lembaga-lembaga yang secara
tradisional telah berkembang dan mengakar sejak proses awal masuknya Islam ke
Indonesia.
Pendidikan selama penjajahan Belanda dapat dipetakan kedalam 2 (dua)
periode besar, yaitu pada masa VOC (Vereenigde Oost-indische Compagnie) dan
masa pemerintah Hindia Belanda (Nederlands Indie). Pada masa VOC, yang
merupakan sebuah kongsi (perusahaan) dagang, kondisi pendidikan di Indonesia
dapat dikatakan tidak lepas dari maksud dan kepentingan komersial.
Pada tahun 1950 di mana kedaulatan Indonesia telah pulih untuk seluruh
Indonesia, maka rencana pendidikan agama untuk seluruh wilayah Indonesia makin
disempurnakan dengan dibentuknya panitia bersama.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Saifuddin zuhri, sejarah kebangkitan islam dan perkembanganya di Indonesia,
hal. 194.
[3] http://www.sarjanaku.com/2010/06/pembahasan-petumbuhan-dan-pekembangan.html
[4]http://hasheem.wordpress.com/2009/07/28/proses-masuk-dan-berkembangnya-agama-dan-kebudayaan-islam-di-indonesia/
[7] Zuhairina, Dkk, Sejarah Pendidikan Islam.(Jakarta:Bumi Aksara 1997)
Hal 147
[8] Zaifuddin zuhri, Op. Cit.hal 87
[3]
. http://www.sarjanaku.com/2010/06/pembahasan-petumbuhan-dan-pekembangan.html
[6].
http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF-
8&sourceid=navclient&gfns=1&q=kebijakan+pemerintah+belanda+dan+jepang+dalam+pendidikan+islam
[8]
Zaifuddin zuhri, Op. Cit.hal 87