Senin, 18 Maret 2013

Sejarah Pendidikan Islam


BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu perhatian sentral masyarakat Islam baik dalam negara maupun minoritas. Dalam ajaran agama Islam pendidikan mendapat posisi yang sangat penting dan tinggi. Karenanya, umat Islam mempunyai perhatian yang tinggi terhadap pelaksanaan pendidikan untuk kepentingan masa depan umat Islam.
Sejak awal perkembangan Islam, pendidikan mendapat prioritas utama masyarakat muslim Indonesia di samping karena besarnya arti.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya yaitu sebagai berikut :
  1. Bagaimanakah pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam di Indonesia?
  2. Bagaimanakah pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam pada zaman Belanda?
  3. Bagaimanakah pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam pada zaman Jepang?
  4. Apa pengaruh pendidikan Islam terhadap  sistem pendidikan nasional?























BAB II PEMBAHASAN
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA.

A. Masa Masuk dan Perkembangan Islam Di Indonesia

            Berita Islam di Indonesia telah diterima sejak orang Venesia (Italia) yang bernama Marcopolo singgah di kota Perlak dan menerangkan bahwa sebagian besar penduduknya telah beragama Islam. Sampai sekarang belum ada bukti tertulis tentang kapan tepatnya Islam masuk ke Indonesia. Namun banyak teori yang memperkirakannya.
            Dari sekian perkiraan, kebanyakan menetapkan bahwa kontak Indonesia dengan Islam sudah terjadi sejak abad ke 7 M, Ada yang mengatakan bahwa Islam pertama kali masuk di Indonesia di Jawa, dan ada yang mengatakan di Barus.ada yang berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui pesisir Sumatera. Untuk selanjutnya siapa yang memperkenalkan Islam di Indonesia itu? Ada yang mengatakan bahwa Islam di bawh ke Indonesia oleh para pedangan ada yang mengatakan bahwa kekuasaan (konversi) keraton sangat berpengaruh bagi pengislaman di Indonesia. Masuknya islam penguasa akan diikuti oleh rakyatnya secara cepat. Dapat dikatakan bahwa Islam pada mulanya diperkenalkan oleh para pedagang muslim yang melakukan kontak dagang dengan penduduk setempat pada akhirnya dapat menarik hati penduduk setempat untuk memeluk Islam. Pada masa awal, saudagar-saudagar muslim dikenal cukup mendominasi perdangangan dengan Indonesia. Kehadiran pedangang-pedagang muslim melahirkan fenomena kota-kota perdangangan sebagai pusat ekonomi, yang pada akhirnya mendukung kegiatan bagia pengembangan Islam. 
            Di samping itu penyebaran Islam di Indonesia adalah dengan metode kekuasan, yang mempunyai peran penting bagi perluasan Islam di Indonesia. Beralihnya agama penguasaa menjadi muslim akan diikuti rakyat dan pendukungnya secara cepat. Setelah berdirinya kerajaan islam, biasanya  sang penguasa mempelopori berbagai kegiatan keagamaan, mulai dari dakwa Islam, pembangunan masjid, sampai penyelenggaraan pendidikan Islam. Dapat dikatakan bahwa jalan yang ditempuh oleh para pedangan muslim dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia antara lain melalui jalur atau salurann perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, kesenian dan politik.
1. Perdangangan 
            Pada taraf permulaan saluran Islamiyah adalah dengan perdangagan, dimana kesibukan lalu lintas perdangagan terjadi pada abad ke 7 hingga 16 M . 
2. Perkawinan 
            Dari sudut ekonomi, para pedangagang muslim memiliki status ekonomi yang lebih baik, sehingga para putri bangsawan tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu dan sebelum nikah mereka  di Islamkan dahulu.

3. Tasawuf
            Para pengajar tasawuf atau sufi mengajarkan teosofi yang bercampur dengan jalan yang sudah dikenmal luas oleh masyarakat Indonesia.
4. Pendidikan
            Islamisasi dengan saluran ini misalnya dilaksanakan di pondok-pondok pesentren yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kyai dan ulama-ulama.
5.    Kesenian
            Pada waktu itu di Nusantara terdapat beberapa pusat kesenian dan kesusastraan Melayu. Dari pusat-pusat kesenian dan kesusastraan tersebut lahirlah kesusastraan Melaku klasik dan terciptalah genre-genre di pusat-pusat itu.
6. Politik
            Di Maluku, Sulawesi Selatan, rakyat masuk Islam setelah rajanya masuk Islam, maka kerajaan Isalam berusaha menguasai kerjaan non Islam, sehingga secara politis banyak menarik penduduk kerajaan non Islam untuk masuk Islam.
            Pada awal abad ke 15 M pesantren telah didirikan oleh para kpenyebar agama Islam, di antaranya Walisongo. Dengan semakin banyaknya lembaga pendidikan Islam di Indonesia didirikan, agama Islam semakin tersebar sehingga dapat dikatakan lembaga-lembaga itu merupakan anak panah penyebaran Islam di Jawa.
            Di samping itu ada juga yang dinamakan surau, yakni lembaga pendidik Islam tradisional di Sumatra Barat. Di Minangkabau istilah surau telah digunakan sebelum datangnya Islam di Indonesia. Surau merupakan tempat yang dibangun Islam di Indonesia.
    Jadi dapat disimpulkan bahwa surau sebulum datangnya Islam adalah bagian dari kebudayaan masyarakat Minangkabau. Surau dibangun oleh suku Indu untyk berkumpul, rapat, dan tempat tidur bagi pemuda-pemuda, kadang-kadang bagi mereka yang sudah kawin dan orang-orang tua yang sudah uzur.
1.         Masa Masuk dan Berkembangnya Islam
a.    Akselerasi Perkembangan Islam Pada Umumnya
            Akselerasi dan dinamika penyebaran Islam tersebut di sebabkan adanya faktor-faktor khusus yang dimiliki oleh Islam bpada periode permulaanya.faktor-faktor posotif itu antara lain ialah : Faktor ajaran Islam itu sendiri. Ajaran Islam, baik pada bidang akidah, syariahdan akhlaknya mudah di mengerti oleh semua lapisan masyarakat, dapat di amalkan secara luwes dan ringan, selalau memberikan ja;lan keluar dari pada kesulitan.
b.    Masuk Islam dan berkembangnya
            Ada dua faktor utama yang menyebabkan Indonesia mudah di kenal oleh Bangsa-Bangsa lain, khususnya oleh Bangsa-Bangsa di Timur Tengah dan Timur jauh sejak dahulu kala, yaitu:
·         Faktor letak geografisnya yang strategis. Indonesia berada di persimpangan jalan raya Internasional dari jurusan Timur Tengah menuju Tiongkok,[[1]] melalui lautan dan jalan menuju Benua Amerika dan Australia.
·         Faktor kesuburan tanahnya yang menghasilkan bahan-bahan keperluan hidup yang dibutuhkan oleh Bangsa-Bangsa lain.misalnya: rempah-rempah.
Oleh karena itulah maka tidak mengherankan jika masuknya Islam di Indonesia ini terjadi tidak terlalu jauh dari zaman kelahirannya.harus di bedakan antara datangnya orang islam yang pertama di Indonesia.
            Jika agama Islam dalam arti para pedagang Islam telah masuk di Tiongkok pada zaman Khalifah Usman bin Affan, maka tidak mustahil ada perdagang Islam yang mampir atau menetap di Indonesia sekitar zaman itu, mengingat letak Indonesia di lalui oleh mereka yang ingin pergi ke Tiongkok. Lewat lautan. Tetapi ilmu sejarah tidak cukup hanya berdasarkan perkiraan atau Hipotesa belaka. ilmu sejarah memerlukan bukti-bukti Otentik tentang permulaan masuknya Islam di Indonesia. sehimga sampai sekarang masih mengalami kesulitan-kesulitan  yang prinsip, antara lain:
            Buku-buku sejarah Indonesia banyak yang di tulis oleh orang-orang Belanda pada Zaman pemerintah Belanda menjajah Indonesia. Ada dua macam keberatan terhadap buku-buku tersebut. Pertama, penulisnya adalah orang-orang yang senag kepada Islam[[2]]  dan kepada bangsa Indonsia. Kedua, masa penyelidikannya sudah lama sehingga sudah ketingalan waktu, yakni sudah ada bukti-bukti lain yang di kemukakan oleh penulis Belanda. Namun demikian kita tidak boleh Apriori menolak semua pendapat dari mereka.
            Buku-buku sejarah yang ada sering mengemukakan bukti berupa carita rakyat yang hidup dan dipercayai oleh orang banyak sejak dahulu sampai sekarang. Ibarat Hadist Nabi Muhammad SAW yang nilainya Masyur atau Mutawatir dapat dijadikan dalil atau bukti. Padahal di antara cerita rakyat yang sudah Masyhur  atau Mutawatir dapat dijadikan dalil atau bukti. Padahal di antara cerita rakyat yang sudah Mashur itu kadang-kadang tidak dapat dipertanggung jawabkan secarah Ilmiah.
2.    Organisasi dan  Lembaga pendidikan Islam
a.    Organisasi Islam dan Pendidikan Islam di Indonesia
            Para pemimpin pergerakan nasional dengan kesadaran penuh ingin mengubah keterbelakangan rakyat      Indonesia. Mereka insaf bahwa penyelenggaraan pendidikan yang bersifat nasional harus segera dimasukkan ke dalam agenda perjuangannya. Maka lahirlah sekolah sekolah sertikelir (swasta) atas usaha para perintis kemerdekaan sekolah-sekolah itu semula memiliki dua corak, yaitu :
a)    Sesuai dengan haluan politik, seperti :
  • Taman siswa, yang mula-mula didirikan di Yogyakarta
  • Sekolah serikat Rakyat di Semarang, yang berhaluan komunis
  • Ksatrian Institut, yang didirikan oleh Drs. Douwes Dekkerr (Dr. Setiabudi) di Bandung
  • Perguruan Rakyat, di Jakarta dan Bandung.
b)    Sesuai dengan runtutan/ajaran agama Islam yaitu :
  • Sekolah-sekolah Serikat Islam
  • Sekolah-sekolah Muhammadiyah
  • Sumater tawalib di Padang Panjang
  • Sekolah-sekolah Nahdlatul Wathan
  • Sekolah-sekolah Persatuan Umat Islam (PUI)
  • Sekolah-sekolah Al-Jami’atul Wasliyah
  • Sekolah-sekolah Al-irSYAD 
  • Sekolah-sekolah Normal Islam
  • Dan masih banyak sekolah-sekolah lain yang didirikan oleh organisasi Islam maupun oleh perorangan diberbagai kawasan kepulauan Indonesia baikdalam bentuk pondok pesantren maupun Madrasah.
b.    Jenis-jenis lembaga Pendidikan Islam di Indonesia
-           Lembaga Pendidikan Islam sebelum kemerdekaan Indonesia
            Pendidikan Islam mulai damai dan berkembang pada awal abad ke-20 Masehi dengan berdirinya madrasah Islamiyah yang bersifat formal. Madrasah-madrasah yang bermunculan di Sumateri antara lain :Madrasah Adabiyah di Padang Sumatra Barat yang didirikan oleh Syeikh Abdullah Ahmad pada tahun 1909 M. Madrasaha ini berubah menjadi HIS Adabiyah pada tahun 1915 M. Pada tahun 1910 M didirikan Madrs School di daerah Batu Sangkar Sumatera Barat oleh Sykh M. Taib Umar Pada tahun 1918 M  Mahmud Yunus mendirikan Diniyah School sebagai lanjutan Madrasah School.
            Adapun pondok pesantren (surau) yang pertama kali membuka madrasah formal ialah Tawalib di Padang Panjang pada tahun 1921 M di bawah pimpinan Syekh Abd. Karim Amrullah ayah Hamka. Selain daripada madrasah, juga majalah, juga majalah Islamiyah mulai diterbitkan sebagai sarana pendidikan Islam untuk masyarakat, Madrasah Juharaian oleh H. Abd. Majid pada tahun 1922 M.
            Di sumatra Timur didirikan pesantren Syekh Hasan Maksum pada tahun 1916 M. Madrasah Maslurah di Tanjungpura pada tahun 1912 Madrasah Aziziyah pada tahun 1918 M.
Di Panula berdiri pesantren dan Madrasah Mustafawiyah di Purbabaru pada tahun 1913 M oleh Syekh Mustafa Husain keluaran Makkah.
            Di Sumatra Selatan berdiri Madrasah Al-Qur’aniyah pada tahun 1920 di Palembang oleh K.H. Moch. Yunus, Madrasah Ahliah Diniyah Oleh. K.Masagus. H.NanangMisri pada tahun 1920, Madrasah Nurul Falah oleh K.H. Abu Bakart Bastari pada tahun 1934 M dan Madrasah Darul Funun oleh K.H. Ibrahim pada tahun 1938 M.
-    Lembaga Pendidikan Islam sesudah Indonesia Merdeka
            Setelah Indonesia merdeka dan mempunyai Departemen Agama, maka secara instantional Departemen Agama diserahi kewajiban dan bertanggung jawab terhadap pembinaan dan pengembangan pendidikan agama dalam lembaga-lembaga tersebut. Lembaga pendidikan agama Islam ada yang berstatus negeri dan ada yang berstatus swasta.
Yang berstatus negeri misalnya seperti :
  1. Madrasah Ibtidaiyah Negeri (Tingkat Dasar)
  2. Madrasah Tsawiyah Negeri (Tingkat Menengah Pertama)
  3. Madrasah Aliyah Negeri (tingkat Menengah Atas). Dahulunya berupa Sekolah Guru dan Hakim Agama (SGHA) dan Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN)
  4. Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) yang kemudian berubah menjadi IAIN (Institut Agama Islam Negeri).
3.    Tokoh-tokoh pendidikan Islam di Indonesia
Adapun beberapa tokoh pendidikan Islam di Indonesia
-           Kyai Haji Ahmad Dahlan (1869 – 1923)
            K.H Ahmad Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1869 M dengan nama kecilnya Muhammad Darwis, putra dari KH.Abubakar Bin Kyai Sulaiman, Khatib di masjid besar (jami’) Kesulitan Yogyakarta, Ibunya adalah puteri Haji Ibrahim seorang penghulu.
-           Kyai Haji Hasyim Asy’ari (1871-1947)
            K.H. Hasyim asy’ari dilahirkan pada tanggal 14 Februari tahun 1981 M di Jombang Jawa Timur, mula-mulai ia belajar agama Islam pada ayahnya sendiri Kyai Asy’ari Kemudian ia belajar ke pondok pesantren Purbalinggo. Kemudian pindah lagi ke Plangitan, Semarang, Madura, dan lain-lain.



Maka di bawah pimpinan KH. Ilyas dimasukkan pengetahuan umum ke dalam Madrasah Salafiyah, yaitu:
  1. Membaca dan menulis huruf latin
  2. Mempelajari bahasa Indonesia
  3. Mempelajari ilmu bumi dan sejarah Indonesia
  4. Mempelajari ilmu berhitung
Semuanya itu diajarkan dengan memakai buku-buku huruf latin.
-           KH Abdul Halim (1887 – 1962)
            KH. Abdul Halim lahir di Ciberelang, Majalengka pada tahun 1887 M. Dia adalah pelopor gerakan pembaharuan di daerah Majalenga, Jawa Barat, yang kemudian berkembnag menjadi persyerikatan Ulama, dimulai pada tahun 1911, yang kemudian berubah menjadi Persatuan Umat Islam (PUI) pada tanggal 5 April 1952 M/9 Rajab 1371 H.[[3]]

4.         Bukti-Bukti Masuknya Islam ke Indonesia
Berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan di Indonesia, para ahli menafsirkan bahwa agama dan kebudayaan Islam diperkirakan masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7M, yaitu pada masa kekuasaan Kerajaan Sriwijaya.Pendapat lain membuktikan bahwa agama dan kebudayaan Islam masuk ke wilayah Indonesia dibawa oleh para pedagang Islam dari Gujarat (India). Hal ini dilihat dari penemuan unsur-unsur Islam di Indonesia yang memiliki persamaan dengan India seperti batu nisan yang dibuat oleh orang-orang.
Sumber-sumber berita itu di antaranya sebagai berikut:
-             Berita Arab, berita ini diketahui melalui para pedagang Arab yang telah melakukan aktifitasnya dalam bidang perdagangan dengan bangsa Indonesia. Kegiatan para pedagang Arab di Kerajaan Sriwijaya dibuktikan dengan adanya sebutan para pedagang Arab untuk Kerajaan Sriwijaya, yaitu Zabaq, Zabay, atau Sribusa.
-             Berita Eropa, berita ini datangnya dari Marcopolo. Ia adalah orang Eropa yang pertama kali menginjakkan kakinya di wilayah Indonesia, ketika ia kembali dari Cina menuju Eropa melalui jalan laut. Ia mendapat tugas dari kaisar Cina untuk mengantarkan putrinya yang dipersembahkan kepada kisar Romawi. Dalam perjalanannya ia singgah di Sumatera bagian Utara. Di daerah ini ia telah menemukan adanya kerajaan Islam, yaitu Kerajaan Samudera dengan ibukotanya Pasai.
-             Berita India, dalam berita ini disebutkan bahwa para pedagang India dari Gujarat mempunyai peranan yang sangat penting di dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam di Indonesia. Karena di samping berdagang mereka aktif mengajarkan agama dan kebudayaan Islam kepada masyarakat yang dijumpainya, terutama kepada masyarakat yang terletak di daerah pesisir pantai.
-             Berita Cina, berita ini berhasil diketahui melalui catatan dari Ma-Huan, seorang penulis yang mengikuti perjalanan Laksamana Cheng-Ho. Ia menyataka melalui tulisannya bahwa sejak kira-kira tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar Islam yang bertempat tinggal di pantai utara Pulau Jawa.[3]
            Sumber dalam negeri, sumber-sumber ini diperkuat dengan penemuan-penemuan seperti:
-             Penemuan sebuah batu di Leran (dekat Gresik). Batu bersirat itu menggunakan huruf dan bahasa Arab, yang sebagian tulisannya telah rusak. Batu itu memuat keterangan tentang meninggalnya seorang perempuan yang bernama Fatimah binti Ma’mun (1028).
-             Makam Sultan Malikul Saleh di Sumatera Utara yang meninggal pada bulan Ramadhan tahun 676 M atau tahun 1297 M
-             Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang wafat tahun 1419. Jirat makam didatangkan dari Gujarat dan berisi tulisan-tulisan Arab.
5.         Saluran Penyebaran Islam
            Masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia atau proses Islamisasi di Indonesia melalui beberapa cara atau saluran, yaitu:
·         Perdagangan
Sejak abad ke-7 M, para pedagang Islam dari Arab, Persia, dan India telah ikut ambil bagian dalam kegiatan perdagangan di Indonesia. Hal ini menimbulkan jalinan hubungan perdagangan antara masyarakat dan para pedagang Islam. Di samping berdagang, para pedagang Islam dapat menyampaikan dan mengajarkan agama dan budaya Islam kepada orang lain termasuk masyarakat Indonesia Politik
Setelah tersosialisasinya agama Islam, maka kepentingan politik dilaksanakan melalui perluasan wilayah kerajaan, yang diikuti pula dengan penyebaran agama Islam. Contohnya, Sultan Demak mengirimkan pasukannya untuk menduduki wilayah Jawa Barat dan memerintahkan untuk menyebarkan agama Islam. Pasukan itu dipimpin oleh Fatahillah.
Tasawwuf Para ahli tasawwuf hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu berusaha untuk menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama-sama di tengah-tengah masyarakatnya. Para ahli tasawuf ini biasanya memiliki keahlian yang dapat membantu kehidupan masyarakat, di antaranya ahli menyembuhkan penyakit dan lain-lain. Mereka juga aktif menyebarkan dan mengajarkan agama Islam. Penyebaran agama Islam yang mereka lakukan disesuaikan dengan kondisi, alam pikiran, dan budaya masyarakat pada saat itu, sehingga ajaran-ajaran Islam dengan mudah dapat diterima oleh masyarakat. Ahli tasawwuf yang memberikan ajaran agama Islam yang disesuaikan dengan alam pikiran masyarakat setempat antara lain Hamzah Fansuri di Aceh dan Sunan Panggung di Jawa

 6.        Beberapa faktor yang mempermudah perkembangan Islam di Indonesia antara lain sebagai berikut.
Dalam ajaran agama Islam tidak dikenal adanya perbedaan golongan dalam masyarakat. Masyarakat mempunyai kedudukan yang sama sebagai Hamba Allah. Walaupun demikian, ajaran agama Islam kurang meresap di kalangan Istana, hal ini dibuktikan dengan masih adanya praktek-praktek feodalisme khususnya di lingkungan keratin Jawa.
Agama Islam cocok dengan jiwa pedagang. Dengan memeluk Islam maka hubungan di antara para pedagang semakin bertambah erat, sesuai dengan ajaran Islam yang menyatakan bahwa setiap orang itu bersaudara.
Sifat bangsa Indonesia yang ramah tamah memberi peluang untuk bergaul lebih erat dengan bangsa lain. Dengan pendekatan yang tepat, maka bangsa Indonesia dengan mudah dapat menerima ajaran agama Islam.
 Islam dikembangkan dengan cara damai. Pendekatan secara damai akan lebih berhasil dibandingkan secara paksa dan kekerasan.

·         Wali Songo
            Para wali yang berjasa dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia dikenal dengan sebutan Wali Songo. Para wali itu adalah sebagai berikut:
  1. Maulana Malik Ibrahim yang kabarnya berasal dari Persia dan kemudian berkedudukan di Gresik.
  2. Sunan Ngampel yang semula bernama Raden Rakhmat berkedudukan di Ngampel (Ampel), dekat Surabaya.
  3. Sunan Bonang yang semula bernama Makdum Ibrahim, putra Raden Rakhmat dan berkedudukan di Bonang, dekat Tuban.
  4. Sunan Drajat yang semula bernama Masih Munat juga putra Raden Rakhmat yang berkedudukan di Drajat dekat Sedayu (Surabaya).
  5. Sunan Giri yang semula bernama Raden Paku, murid Sunan Ngampel berkedudukan di bukit Giri Gresik
  6. Sunan Muria yang berkedudukan di Gunung Muria di daerah Kudus.
  7. Sunan Kudus yang semula bernama Udung berkedudukan di Kudus.
  8. Sunan Kalijaga yang semula bernama Joko Said berkedudukan di Kadilangu dekat Demak.
  9. Sunan Gunung Jati yang semula bernama Fatahillah atau Faletehan yang berasal dari Samudera Pasai. Ia dapat merebut Sunda Kelapa Banten dan kemudian menetap di Gunung Jati dekat Cirebon.[[4]]
B.        Kebijakan Pemerintahan Belanda dan Jepang Dalam Pendidikan Islam.
1.         Masa Penjajahan Belanda.
            Penaklukan bangsa barat atas bangsa timur di mulai dengan jalan perdagangan, kemudian dengan kekuatan militer.selama zaman penjajahan barat itu berjalanlah di Indonesia.begitu pula di bidang pendidikan, mereka memperkenalkan sistem dan metode baru tetapi sekedar untuk menghasilkan tenaga yang dapat membantu kepentingan mereka dengan upah yang murah dibandingkan dengan jika mereka harus mendatankan tenaga dari barat.[[5]]
            Pendidikan selama penjajahan Belanda dapat dipetakan kedalam 2 (dua) periode besar, yaitu pada masa VOC (Vereenigde Oost-indische Compagnie) dan masa pemerintah Hindia Belanda (Nederlands Indie). Pada masa VOC, yang merupakan sebuah kongsi (perusahaan) dagang, kondisi pendidikan di Indonesia dapat dikatakan tidak lepas dari maksud dan kepentingan komersial
            Secara umum sistem pendidikan pada masa VOC dapat digambarkan sebagai berikut:
1.   Pendidikan Dasar
    Berdasarkan peraturan tahun 1778, dibagi kedalam 3 kelas berdasar rankingnya. Kelas 1 (tertinggi) diberi pelajaran membaca, menulis, agama, menyanyi dan berhitung. Kelas 2 mata pelajarannya tidak termasuk berhitung. Sedangkan kelas 3 (terendah) materi pelajaran fokus pada alphabet dan mengeja kata-kata[1]. Proses kenaikan kelas tidak jelas disebutkan, hanya didasarkan pada kemampuan secara individual. Pendidikan dasar ini berupaya untuk mendidik para murid-muridnya dengan budi pekerti. Contoh pendidikan dasar ini antara lain Batavische school (Sekolah Betawi, berdiri tahun 1622); Burgerschool (Sekolah Warga-negara, berdiri tahun   1630); Dll.

2.  Sekolah Latin
Diawali dengan sistem numpang-tinggal (in de kost) di rumah pendeta tahun 1642. Sesuai namanya, selain bahasa Belanda dan materi agama, mata pelajaran utamanya adalah bahasa Latin. Setelah mengalami buka-tutup, akhirnya sekolah ini secara permanent ditutup tahun 1670.
3.  Seminarium Theologicum (Sekolah Seminari)
Sekolah untuk mendidik calon-calon pendeta, yang didirikan pertama kali oleh Gubernur Jenderal van Imhoff tahun 1745 di Jakarta. Sekolah dibagi menjadi 4 kelas secara berjenjang. Kelas 1 belajar membaca, menulis, bahasa Belanda, Melayu dan Portugis serta materi dasar-dasar agama. Kelas 2 pelajarannya ditambah bahasa Latin. Kelas 3 ditambah materi bahasa Yunani dan Yahudi, filsafat, sejarah, arkeologi dan lainnya. Untuk kelas 4 materinya pendalaman yang diasuh langsung oleh kepala sekolahnya. Sistem pendidikannya asrama dengan durasi studi 5,5 jam sehari dan Sekolah inihanya bertahan selama 10 tahun.
4.  Academieder Marine (Akademi Pelayanan)
Berdiri tahun 1743, dimaksudkan untuk mendidik calon perwira pelayaran dengan lama studi 6 tahun. Materi pelajarannya meliputi matematika, bahasa Latin, bahasa ketimuran (Melayu, Malabar dan Persia), navigasi, menulis, menggambar, agama, keterampilan naik kuda, anggar, dan dansa. Tetapi ia pun akhirnya ditutup tahun 1755.
5.  Sekolah Cina
            1737 didirikan untuk keturunan Cina yang miskin, tetapi sempat vakum karena peristiwa de Chineezenmoord (pembunuhan Cina) tahun 1740. selanjutnya, sekolah ini berdiri kembali secara swadaya dari masyarakat keturunan Cina sekitar tahun 1753 dan 1787
6.  Pendidikan Islam
            Pendidikan untuk komunitas muslim relatif telah mapan melalui lembaga-lembaga yang secara tradisional telah berkembang dan mengakar sejak proses awal masuknya Islam ke Indonesia. VOC tidak ikut campur mengurusi atau mengaturnya.
Pada akhir abad ke-18, setelah VOC mengalami kebangkrutan, kekuasaan Hindia Belanda akhirnya diserahkan kepada pemerintah kerajaan Belanda langsung. Pada masa ini, pendidikan mulai memperoleh perhatian relatif maju dari sebelumnya.[[6]]
2.         Masa Penjajahan Jepang
            Jepang menjajah Indonesia setelah mengusir pemerintah hindia belanda dalam perang dunia ke 11. mereka menguasai Indonesia pada tahun 1942, dengan membawa semboyan. Untuk mendekati umat islam Indonesia mereka menempuh kebijakan antara lain:
  1. Kantor urusan agama yanag pada zaman belanda.
  2. Pondok pesantren yang besar-besar sering mendapat kunjungan orang jepang.
  3. Sekolah negri di beri pelajara budi pekerti.
Di samping itu pemerintah jepang mengizinkan pembentukan barisan hisbullah. Pemerintah jepang  mengizinkan berdirinya sekolah tinggi islam di Jakarta. Para ulama islam bekerja sama dengan pemimpin-pemimpin nasionalis. Umat islam diizinkan meneruskan organisasi persatuan yang di sebut (MIAI).[[7]]






C.        Berbagai Kebijakan Pemerintah RI Dalam Bidang Pendidikan Islam 
            Setelah Indonesia merdeka, musuh-musuh Indonesia tidak tinggal diam, bahkan berusaha menjajah kembali. Pada bulan Oktober 1945 para ulama di Jawa memproklamasikan perang jihad fi sabililllah terhadap Belanda atau sekutu. Fatwa ini memberikan kepastian hukum terhadap perjuangan umat Islam. Pahlawan perang barat dikategorokan sebagai syahid. Isi fatwa tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Kemerdekaan Indonesia wajib dipertahankan.
  2. Pemerintah RI adalah satu-satunya yang sah dan wajib dibela dan diselamatkan.
  3. Musuh-musuh RI pasti akan menjajah kembali bangsa Indonesia. Karena itu kita wajib mengangkat senjata menghadapi mereka.
  4. Kewajiban-kewajiban tersebut di atas adalah jihad fi sabilillah.[[8]]
            Ditinjau dari segi pendidikan rakyat, maka fatwa ulama tersebut sangat besar sekali artinya. Fatwa tersebut memberikan faedah bahwa para ulama dan santri-santri dapat mempraktekkan dan mengaplikasikan ajaran jihad fi sabilillah yang sudah dikaji dan dipelajari selama bertahun-tahun dalam kitab-kitab Fiqh di pesantren-pesantren dan madrasah. Sehingga ajaran-ajaran tersebut tidak hanya menjadi materi kajian-kajian ilmiah para ulama dan santri di Indonesia. Dan dengan keluarnya fatwa ini, secara otomatis mempengaruhi kurikulum yang diajarkan di pesantren-pesantren. Pesantren yang awalnya hanya mengajarkan Islam melalui pengajian kitab-kitab kuning, dengan keluarnya fatwa tersebut mereka mulai menambahkan pelajaran ekstrakurikuler berupa seni bela diri atau hal-hal lain yang berkaitan dengan bela negara. Dan dapat dipastikan banyak dari pesantren-pesantren yang mengirimkan santri-santrinya untuk turut serta dalam mempertahankan negara secara langsung di medan perang.
            Di tengah-tengah berkobarnya revolusi fisik, pemerintah RI tetap membina pendidikan pada umumnya dan pendidikan agama pada khususnya. Pembinaan pendidikan agama itu secara formal institusional dipercayakan kepada Departemen Agama dan Departemen P dan K. Oleh karena itu, maka dikeluarkanlah peraturan-peraturan bersama antara kedua departemen tersebut untuk mengelola pendidikan agama di sekolah-sekolah umum baik negeri maupun swasta. Adapun pendidikan agama di sekolah agama ditangani oleh Departemen Agama sendiri.
            Pendidikan agama Islam untuk umum mulai diatur secara resmi oleh pemerintah pada bulan Desember 1946. sebelum itu pendidikan agama sebagai ganti pendidikan budi pekerti yang sudah ada sejak zaman Jepang, berjalan sendiri-sendiri di masing-masing daerah. Pada bulan tersebut dikeluarkanlah peraturan bersama dua menteri yaitu Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Pengajaran yang menetapkan bahwa pendidikan agama dimulai  pada kelas IV SR (Sekolah Rakyat) sampai kelas VI. Pada masa itu keadaan keamanan Indonesia belum mantap, sehingga SKB dua menteri tersebut belum berjalan sebagaimana mestinya. Daerah-daerah di luar Jawa masih banyak yang memberikan pendidikan agama sejak kelas I SR. Pemerintah membentuk Majlis Pertimbangan Pengajaran Agama Islam pada tahun 1947 yang dipimpin oleh Ki Hajar Dewantara dari Departemen P dan K dan Prof. Drs. Abdullah Sigit dari departemen Agama. Tugasnya adalah ikut mengatur pelaksanaan dan materi pengajaran pengajaran agama yang diberikan di sekolah umum.
            Pada tahun 1950 di mana kedaulatan Indonesia telah pulih untuk seluruh Indonesia, maka rencana pendidikan agama untuk seluruh wilayah Indonesia makin disempurnakan dengan dibentuknya panitia bersama yang dipimpin Prof. Mahmud Yunus dari Departemen Agama dan Mr. Hadi dari Departemen P dan K, hasil dari panitia itu adalah SKB yang dikeluarkan pada bulan Januari 1951, Nomor: 1432/Kab. Tanggal 20 Januari 1951 (Pendidikan), Nomor K 1/652 tanggal 20 Januari 1951 (Agama), yang isinya adalah:
  • Pendidikan agama mulai diberikan di kelas IV Sekolah Rakyat.
Di daerah-daerah yang masyarakat agamanya kuat, maka pendidikan agama mulai diberikan pada kelas I SR, dengan catatan bahwa pengetahuan umumnya tidak berkurang dibandingkan dengan sekolah lain yang pendidikan agamanya dimulai pada kelas IV SR.
Di sekolah lanjutan pertama atau tingkat atas, pendidikan agama diberikan sebanyak dua jam dalam seminggu.
Pendidikan agama diberikan pada murid-murid sedikitnya 10 orang dalam satu kelas dan mendapat izin dari orang tua atau wali.
Pengangkatan guru agama, biaya pendidikan agama, dan materi pendidikan agama ditanggung oleh Departemen Agama.
            Untuk menyempurnakan kurikulumnya, maka dibentuk panitia yang dipimpin oleh KH. Imam Zarkasyi dar Pindok Gontor Ponorogo. Kurikulum tersebut disahkan oleh Menteri Agama pada tahun 1952. Dalam sidang pleno MPRS, pada bulan Desember 1960 diputuskan sebagai berikut: “Melaksanakan Manipol Usdek di bidang mental, agama, dan kebudayaan dengan syarat spiritual dan material agar setiap warga negara dapat mengembangkan kepribadiannya dan kebangsaan Indonesia serta menolak pengaruh-pengaruh buruk budaya asing (Bab II, Pasal II: I). Dalam ayat 3 dari pasal tersebut dinyatakan bahwa: “Pendidikan agama menjadi mata pelajaran di sekolah-sekolah umum, mulai dari sekolah rendah sampai universitas. Dengan pengertian bahwa murid berhak ikut serta dalam pendidikan agama jika wali murid/ murid dewasa tidak menyatakan keberatannya”.[[9]]



            Pada tahun 1966, MPRS melakukan sidang, suasana pada waktu itu adalah membersihkan sisa-sisa mental G-30 S/ PKI. Dalam keputusannya di bidang pendidikan agama telah mengalami kemajuan yaitu dengan menghilangkan kalimat terakhir dari keputusan yang terdahulu. Dengan demikian maka sejak tahun 1966 pendidikan agama menjadi hak wajib para siswa mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi Umum Negeri di seluruh Indonesia.































BAB III PENUTUP
KESIMPULAN

            Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan di Indonesia, para ahli menafsirkan bahwa agama dan kebudayaan Islam diperkirakan masuk ke Indonesia sekitar abadke-7M, yaitu pada masa kekuasaan Kerajaan Sriwijaya.Pendapat lain membuktikan bahwa agama dan kebudayaan Islam masuk ke wilayah Indonesia dibawa oleh para pedagang Islam dari Gujarat (India). Masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia atau proses Islamisasi di Indonesia melalui beberapa cara atau saluran, yaitu perdagangan, politik, dan tassawuf.  Pendidikan untuk komunitas muslim relatif telah mapan melalui lembaga-lembaga yang secara tradisional telah berkembang dan mengakar sejak proses awal masuknya Islam ke Indonesia.
             Pendidikan selama penjajahan Belanda dapat dipetakan kedalam 2 (dua) periode besar, yaitu pada masa VOC (Vereenigde Oost-indische Compagnie) dan masa pemerintah Hindia Belanda (Nederlands Indie). Pada masa VOC, yang merupakan sebuah kongsi (perusahaan) dagang, kondisi pendidikan di Indonesia dapat dikatakan tidak lepas dari maksud dan kepentingan komersial.
            Pada tahun 1950 di mana kedaulatan Indonesia telah pulih untuk seluruh Indonesia, maka rencana pendidikan agama untuk seluruh wilayah Indonesia makin disempurnakan dengan dibentuknya panitia bersama.






















DAFTAR PUSTAKA

[1] Saifuddin zuhri, sejarah kebangkitan islam dan perkembanganya di Indonesia, hal. 194.

[2] Mukti ali, Seminar Seajrah Masuknya Islam Ke Indonesia, Medan:  1963. hal 43.

[3] http://www.sarjanaku.com/2010/06/pembahasan-petumbuhan-dan-pekembangan.html


[5] Saifudin Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangan di Indonesia, Hal  81


[7] Zuhairina, Dkk, Sejarah Pendidikan Islam.(Jakarta:Bumi Aksara 1997) Hal 147

[8] Zaifuddin zuhri, Op. Cit.hal 87




[1]. Saifuddin zuhri, sejarah kebangkitan islam dan perkembanganya di Indonesia, hal. 194.

[2]. Mukti ali, Seminar Seajrah Masuknya Islam Ke Indonesia, Medan:  1963. hal 43

[3] . http://www.sarjanaku.com/2010/06/pembahasan-petumbuhan-dan-pekembangan.html
[5]. Saifudin Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangan di Indonesia, Hal  81
[7]. Zuhairina, Dkk, Sejarah Pendidikan Islam.(Jakarta:Bumi Aksara 1997) Hal 147

[8] Zaifuddin zuhri, Op. Cit.hal 87

Tidak ada komentar:

Posting Komentar