Sabtu, 06 Oktober 2012

Mari Belajar PAI !!! Kisah Nabi


TERTAHANNYA MATAHARI BAGI NABIYULLAH YUSYA'

Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam Shahih masing-masing
dari Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda, "Salah
seorang Nabi berperang. Dia berkata kepada kaumnya, 'Jangan
mengikutiku orang yang menikahi wanita sementara dia hendak
membangun rumah tangga dengannya dan dia belum
membangunnya dengannya, dan tidak juga seorang yang
membangun rumah tapi belum melengkapi atapnya. Tidak pula
orang yang telah membeli kambing atau unta betina yang
bunting sementara dia menunggu kelahirannya." Lalu Nabi itu
berperang. Dia mendekati sebuah desa pada waktu shalat Ashar
atau dekat waktu Ashar. Maka dia berkata kepada matahari,
"Sesungguhnya kamu diperintahkan dan aku pun diperintahkan.
Ya Allah, tahanlah matahari untuk kami." Matahari tertahan dan
mereka meraih kemenangan.
Lalu dia mengumpulkan harta rampasan perang. Maka
datanglah api untuk melahapnya tetapi ia tidak bisa
memakannya. Nabi itu berkata, "Ada di antara kalian yang
menggelapkan harta rampasan perang, hendaknya dari masingmasing
kabilah ada satu orang yang membaiatku." Maka tangan
seorang laki-laki menempel dengan tangannya dan dia berkata, "Kamu menggelapkan harta rampasan perang. Hendaknya
kabilahmu membaiatku." Maka ada dua atau tiga orang yang
tangannya menempel dengan tangannya. Dia berkata, "Kalian
menggelapkan rampasan perang." Maka mereka datang
menyerahkan emas sebesar kepala sapi. Mereka
meletakkannya, lalu datanglah api dan memakannya. Kemudian
Allah menghalalkan harta rampasan perang bagi kita. Dia
mengetahui kelemahan dan ketidakmampuan kita, maka Dia
menghalalkannya untuk kita.


Rasulullah menyampaikan kepada kita bahwa salah seorang
Nabiyullah berperang untuk membuka sebuah desa. Nabi ini
adalah Yusya' bin Nun, salah seorang Nabi Bani Israil1. Dia ini
telah menyertai Musa dalam hidupnya. Dia menemani Musa
dalam perjalanannya kepada Khidhir sebagaimana telah
dijelaskan dalam kisah Musa dan Khidhir. Allah memberinya
wahyu setelah Musa wafat dan Musa mengangkatnya sebagai
penerusnya di Bani Israil. Dialah pemimpin yang berkat jasanya
tanah suci bisa direbut kembali.
Nabiyullah Yusya' pada saat persiapannya menuju kota yang
hendak ditaklukkan dia berusaha supaya pasukannya menjadi
pasukan yang kuat dan tangguh. Oleh karenanya, dia menyortir
prajurit-prajurit yang bisa menjadi biang kekalahan, karena hati
mereka lebih disibukkan oleh perkara dunia yang membelenggu
hati dan pikiran mereka. Yusya' mengeluarkan tiga kelompok
prajurit yang itu tidak diizinkan untuk pergi berperang.
Kelompok pertama adalah orang yang telah berakad nikah tetapi
belum menyentuh istrinya. Kelompok ini tidak diragukan pastilah
sangat tergantung hatinya dengan istrinya, lebih-lebih jika dia
masih muda.Kelompok kedua adalah orang yang sibuk membangun rumah
dan belum menyelesaikan bangunannya.
Kelompok ketiga adalah orang yang membeli unta atau domba
bunting sementara dia menantikan kelahirannya. Prinsip yang
dipegang oleh Nabi ini menunjukkan bahwa dia adalah panglima
yang unggul, pemilik taktik jitu dalam memimpin dan
menyiapkan bala tentara sehingga kemenangan bisa
diwujudkan. Prajurit tidak menang dengan jumlah besarnya,
akan tetapi dengan kualitas. Ini lebih penting daripada jumlah
dan kuantitas.
Oleh karenanya, Yusya' mengeluarkan orang-orang yang berhati
sibuk dari pasukannya, yakni orang-orang yang badannya di
medan perang tetapi pikirannya bersama istri yang belum
disentuhnya atau rumah yang belum diselesaikannya atau
ternak yang ditunggu kelahirannya.
Apa yang dilakukan oleh Yusya' ini mirip dengan apa yang
dilakukan oleh Thalut ketika melarang pasukannya untuk minum
dari sungai kecuali orang yang menciduk air dengan tangannya.
Saat itu sedikit dari mereka yang minum. Thalut telah
membersihkan pasukannya dari unsur-unsur pelemah yang
menjadi titik kekalahan.
Allah telah menyampaikan kepada Rasul-Nya bahwa mundurnya
orang-orang munafik di perang Uhud mengandung kebaikan
bagi orang-orang mukmin. "Jika mereka berangkat bersamasama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari
kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas-gegas maju
ke muka di celah-celah barisanmu untuk mengadakan
kekacauan di antaramu." (QS. At-Taubah: 47)
Dengan pasukannya Yusya' berangkat ke kota yang hendak
ditaklukkannya. Dia mendekati kota itu pada waktu Ashar di hari
yang sama. Ini berarti kesempatan untuk membuka kota itu
tidaklah banyak, karena berperang di malam hari tidaklah
mudah dan bisa jadi hari itu adalah hari Jum'at. Dia harus
menghentikan perang begitu matahari terbenam, karena itu
berarti tiba pada hari Sabtu telah tiba dan perang di hari Sabtu
hukumnya haram bagi Bani Israil. Maka dia harus mundur dari
kota itu sebelum merebutnya, dan ini berarti memberi peluang
kepada penduduk kota untuk memperkuat pasukannya,
memperbaiki benteng-bentengnya dan menambah kekuatan
senjatanya. Yusya' menghadap matahari dan berkata
kepadanya, "Kamu diperintahkan, aku juga diperintahkan."
Kemudian Yusya' berdoa kepada Allah, "Ya Allah, tahanlah ia
untuk kami." Allah mengabulkan permintaannya dan menunda
terbenamnya matahari hingga kemenangannya diwujudkan.
Iman Yusya' begitu besar. Dia yakin kodrat Allah di atas segala
sesuatu. Dia mampu memanjangkan siang sehingga
kemenangan bisa diraih sebelum terbenamnya matahari. Urusan
seperti ini tidak sulit bagi Allah, dan kita mengetahui pada hari
ini bahwa siang dan malam terjadi karena berputarnya bumi mengelilingi dirinya. Dan sepertinya – ilmu yang sebenarnya
berada di sisi Allah – perputaran bumi berjalan lambat dengan
kodrat Allah hingga kemenangan terwujudkan.
Allah tidak menghalalkan harta rampasan perang bagi umat
manapun sebelum kita. Harta rampasan perang dikumpulkan,
lalu api turun dari langit dan membakarnya kecuali tidak
seorang pun dari pasukan yang menggelapkannya. Jika harta
rampasan perang ada yang digelapkan, maka api menolak untuk
melahapnya. Ini berarti Allah tidak ridha kepada mereka.
Harta rampasan perang dikumpulkan, api pun turun tetapi tidak
memakan apa pun. Maka Yusya' berkata, "Di antara kalian ada
yang menggelapkan harta rampasan perang." Untuk
membongkarnya Yusya' menyuruh masing-masing kabilah
mengeluarkan satu orang untuk membaiatnya. Maka tangannya
menempel lengket di tangan orang yang berasal dari kabilah
yang menggelapkan harta rampasan perang. Yusya' membaiat
anggota kabilah itu satu per satu. Tangannya lengket dengan
tangan dua atau tiga orang, dan Yusya' berkata,
"Penggelapannya ada pada kalian." Akhirnya mereka mengeluarkan
sebongkah emas besar dalam bentuk kepala sapi dan
diletakkan di antara harta rampasan yang lain. Api turun dan
memakannya. Hukum ini telah mansukh bagi kita. Harta
rampasan perang telah dihalalkan bagi kita sebagai rahmat dari
Allah kepada kita dan karunia-Nya. Dan dihalalkannya harta rampasan perang merupakan salah satu kekhususan atas umat
ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar